Topeng Blantek Hiburan Semua Kalangan dan Eksistensinya Sekarang

Topeng Blantek Hiburan Semua Kalangan dan Eksistensinya Sekarang

Topeng Blantek Hiburan Semua Kalangan dan Eksistensinya Sekarang – Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi memiliki seni budaya yang sangat kaya dan beragam. Salah satunya yaitu topeng blantek, yang tak sekadar produk budaya Betawi, tapi juga mencerminkan dinamisme budaya di Betawi.

Sebelum lahirnya topeng blantek, pertunjukan topeng dan lenong telah eksis sebelumnya. Kelahiran topeng blantek menunjukkan sisi tolak yang berbeda antara kesenian topeng dan lenong. Tempo dulu, lenong merupakan pertunjukan kelas atas, sedangkan topeng merupakan hiburan kelas menengah ke bawah. Topeng blantek lahir sebagai seni budaya Betawi yang netral berada di tengah lapisan sosial  masyarakat. 

Sejarah Topeng Blantek

Mengutip Abdul Aziz dalam Tinjauan Sosiologi Topeng Blantek Betawi (2015), topeng blantek hadir karena adanya kesenjangan antara dua hiburan yakni lenong dan topeng. Itu artinya, topeng blantek tak hanya bisa ditonton oleh satu kelas sosial masyarakat saja, tapi secara luas oleh semua kalangan. Topeng Blantek Hiburan Semua Kalangan dan Eksistensinya Sekarang

Pada awalnya, topeng blantek dipentaskan dengan memanfaatkan obor sebagai penerang. Obor tersebut selalu digunakan karena tempo dulu pertunjukan topeng blantek selalu digelar malam hari. 

Kesenian topeng blantek berkembang dan disebarluaskan oleh kalangan pedagang. Sembari menunggu para pembeli di pagi hari, mereka suka bercerita dengan sesama pedagang lainnya. Konon, sejak zaman dahulu para penggarap topeng blantek kebanyakan adalah dari kalangan yang pada siangnya bekerja sebagai petani dan pedagang. Sementara saat malam hari mereka manggung topeng blantek.

Perkembangan Dinamika Topeng Blantek

Pada tahun 1950-an aktivitas kesenian topeng blantek terpaksa vakum. Akan tetapi pada tahun 70-an, Pemerintah Daerah DKI Jakarta mulai menampilkan kembali topeng blantek. Kesenian asli Betawi ini sempat tergerus zaman digantikan dengan masuknya seni pertunjukan asing. Lambat laun, kesenian topeng blantek mulai ditayangkan kembali di stasiun TVRI. 

Penayangan topeng blantek ke layar TVRI mampu menyedot kembali perhatian dan antusias masyarakat. Tak sampai di situ, kolaborasi antara pementasan topeng Betawi dan topeng blantek di ruang terbuka sempat memicu bangkitnya kembali semangat dan antusiasme masyarakat Betawi terhadap kesenian lokal. 

Sejatinya, topeng blantek dan topeng Betawi memiliki kesamaan. Perbedaannya hanya terletak pada iringan musiknya. Adapun topeng Betawi diiringi oleh musik gamelan topeng berbau gaya Sunda yang ditambah dengan iringan rebab. Sementara, topeng blantek diiringi oleh rebana biang. Selain itu, topeng blantek juga diiringi oleh rebana lain,  rebana ketok dan kotek. 

Pada perkembangannya tahun 1979, diadakan lokakarya dan festival topeng blantek. Lalu pada tahun 1990-an, digelarlah pertunjukan topeng blantek tanpa teks. Pertunjukkan ini mampu menghidupkan improvisasi dan ekspresi pemain topeng blantek semakin kuat.

Penampilan Topeng Blantek

Adapun saat pementasan, penamaan Jantuk diberikan pada pemain yang selalu menggunakan topeng. Jantuk juga selalu membawa obor sebagai ciri khas dari topeng blantek.

Tema cerita yang kerap disajikan pada pementasan topeng blantek diantaranya, tentang Legenda Betawi, seperti Si Pitung, Jampang, Nyai Dasima. Selain pertunjukan topeng, turut ditampilkan pula tari-tarian, misalnya tari ronggeng blantek, ngarojeng, tari yapong, tari topeng tunggal.

Seiring perkembangannya, topeng blantek semakin tergerus zaman. Kesenian ini berkembang di pinggiran Jakarta dan di wilayah Bogor, seperti di daerah Bojong Gede, Pondok Rajeg, Citayam dan Ciseeng. 

Salah satu pegiat seni topeng blantek yang eksis dan giat menghidupkannya yaitu Ras Barkah. Ia membawa topeng blantek ke tingkat kepopulerannya yakni tahun 1994. Ia juga membangun yayasan khusus untuk pemajuan kesenian topeng blantek.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.