Senibudayabetawi.com – Menilik Jejak Belande di Tenabang – Museum Taman Prasasti yang berlokasi di Jalan Tanah Abang Nomor 1, Jakarta Pusat menyimpan banyak jejak sejarah kolonial Belanda. Ini tak lain karena Batavia pada abad ke-18 merupakan kota yang tak sehat. Musababnya, banyak warga Eropa yang meninggal dunia, termasuk para pasien rumah sakit yang kala itu terletak di Jalan Bank (kini menjadi gedung Museum Bank Mandiri). Akan tetapi, tempat pemakaman di kota tua tak dapat menampung banyaknya warga maka pada tahun 1975 pemakaman dipindahkan ke Tanah Abang.
Namanya Kerkhoff Laan dan terletak di Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat. Orang Betawi biasa menyebutnya sebagai ‘kuburan orang Belanda’ atau dalam bahasa Belanda disebut graf der Hollanders. Sementara Kerkhoff Laan berarti ‘jalan kuburan’.
Mengutip Batavia Kota Banjir karya Alwi Shahab (2009), pemakaman di Kerkhoff Laan merupakan pindahan dari kawasan Jakarta Kota, yang dulu terletak di Niuwpoort Straat (kini Kali Besar Barat), Utrechtsche Straat (kini Jl Kopi) dan pemakaman di samping gereja Portugese Binnen Kerk di Jalan Pangeran Jayakarta depan stasiun kereta api Jakarta Kota (Beos).
Menilik Jejak Belande di Tenabang
Luas dari kawasan ini yaitu 5,9 hektar dan selebihnya digunakan untuk gedung wali kota Jakarta Pusat. Karena jauhnya dari pusat kota Batavia kala itu maka saat akan dimakamkan, jenazah orang Belanda dibawa melalui sungai dengan perahu. Maklum saja, kala itu mobil ambulan belum ada sehingga perjalanan jalur air dari Kali Molenvliet ke Kali Krukut harus dilakukan. Selanjutnya, dengan menggunakan kereta berkuda, jenazah diangkut ke pemakaman yang jaraknya sekitar 500 meter.
Setelah ditutup, di pemakaman ini didirikan pula Museum Prasasti yang diresmikan pada tahun 1977 oleh Gubernur Ali Sadikin. Museum Prasasti menyimpan banyak koleksi, diantaranya 1.409 koleksi yang terdiri atas prasasti, bentuk nisan, tugu, monumen, replika hingga miniatur.
Tak hanya itu, beragam nama tokoh besar juga pernah dimakamkan di sini, mulai dari tokoh pendidikan, seniman, ilmuwan, rohaniawan yang dianggap berjuang pada waktu itu. Misalnya, Mayor Jenderal JHR Kohler yang merupakan bekas Panglima Belanda dalam Perang Aceh yang meninggal pada 14 April 1873. Tokoh pendidikan lain misalnya, Dr. HF. Roll yang meninggal di Batavia pada 20 September 1935. Ia merupakan pencetus gagasan dan pendiri Sekolah kedokteran Jawa (STOVIA).