Semangat Berjuang Layaknya RA. Kartini, Inilah Tokoh Pendekar Perempuan Betawi

Semangat Berjuang Layaknya RA. Kartini, Inilah Tokoh Pendekar Perempuan Betawi

Senibudayabetawi.com – Semangat Berjuang Layaknya RA. Kartini, Inilah Tokoh Pendekar Perempuan Betawi — Tempo dulu, keberpihakan dan pengakuan perempuan di Betawi belum semasif sekarang. Terutama dalam tradisi budaya pencak silat atau maen pukulan yang notabene melekat pada lelaki. Nama tokoh-tokoh pendekar perempuan tenggelam begitu saja dan dilupakan. Layaknya perjuangan RA Kartini, pada eranya, kontribusi dan kemampuan mereka melawan pemerintah kolonial Belanda sangat besar. 

Salah satu nama pendekar Betawi yang cukup terkenal yaitu Djiong. Jagoan asli Betawi ini sempat menjadi buah bibir karena kepawaian dan kekonsistenannya dalam melawan pemerintah kolonial. 

Djiong diperkirakan hidup pada sekitar tahun 1800-1900-an (menurut cerita, Djiong memang berumur lumayan panjang). Semasa hidup, dia tinggal di daerah yang sekarang yakni Kepu Gang II, 1 km dari kawasan Jiung. Akan tetapi, masa tua hingga wafatnya dihabiskan di rumah yang berada di sekitar jembatan Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Djiong, demikianlah yang tertulis pada nisan makamnya, lebih dikenal dengan nama Wak Emong oleh warga kampungnya. Pada 1950-an, nama besarnya masih ‘menggetarkan hati’ para jagoan di kawasan Kemayoran, khususnya di daerah Kepu dan Bungur.

Tokoh perempuan Betawi ini wafat sekitar tahun 1900-an dan dimakamkan di daerah Mangga Dua, yang sekarang menjadi mall. Ironisnya, ketika pembangunan mal tersebut, jenazah Djiong gagal dipindahkan. Sampai detik ini, jasad tulang belulangnya masih tertindih di bawah beton mal di Mangga Dua itu. Tak hanya itu, Djiong juga memiliki lima orang anak, dua diantaranya laki-laki. Sayangnya, dua anak laki-laki tersebut menghilang tak diketahui makamnya. 

Semangat Berjuang Layaknya RA. Kartini, Inilah Tokoh Pendekar Perempuan Betawi

Selain Djiong, tokoh lain yaitu Mirah yang berasal dari Marunda. Menurut Alwi Shahab, ketika terjadi revolusi (perang kemerdekaan) melawan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang datang ke Indonesia, rakyat Marunda banyak menjadi korban dalam mempertahankan kemerdekaan. 

Mirah dan kawan-kawan perempuannya ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Karena keberaniannya inilah yang menyebabkan dia diberi gelar singa betina dari Marunda. Dalam buku Beksi Maen Pukulan Khas Betawi, dua seniman Yahya Andi Saputra dan H. Irwan Syafiie sedikit mengangkat tokoh wanita ini, di samping sejumlah pemain silat lainnya.

Selain Mirah, ada lagi pejuang perempuan Betawi yang juga ahli main pukulan. Dia adalah Nyi Mas Melati dari Tangerang. Demikian juga terjadi revolusi fisik (1945). Meski demikian, dia sama sekali tidak gentar berada di garis depan melawan pasukan NICA. 

Seperti halnya Mirah, saat revolusi sejumlah perempuan aktif membantu para pejuang di garis terdepan. Dengan semangat menggelora, mereka aktif meski hanya sebagai pemasok makanan dan obat-obatan. Itulah profil tokoh pendekar perempuan Betawi yang Semangat Berjuang Layaknya Kartini, Inilah Tokoh Pendekar Betawi Perempuan. Adapun keberadaan aslinya tokoh-tokoh jawara Betawi ini masih kerap kali diperdebatkan mengingat sebagian besar merupakan tokoh diceritakan dalam cerita silat, seperti halnya Singa Betina dari Marunda karya Ramelan. Buku ini juga pernah difilmkan dan disutradarai oleh Ramelan sendiri pada 1971.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.