Memaknai Kembali Lebaran Betawi

Memaknai Kembali Lebaran Betawi

Senibudayabetawi.com – Memaknai Kembali Lebaran Betawi — Dalam tradisi masyarakat Betawi dikenal dengan tiga istilah lebaran, yakni Lebaran Idul Fitri, Lebaran Haji (Idul Adha), dan Lebaran Yatim (10 Muharram). Selain tiga lebaran tersebut, masyarakat Betawi mengenal juga istilah lebaran ala Betawi yang sejatinya merujuk pada Lebaran Idul Fitri. 

Rujukan ini tak asal mengingat ciri khas Lebaran Idul Fitri yang tak lepas dari tradisi hantaran. Hantaran merupakan tradisi dengan memberikan hadiah pada orang tua, adik, kakak, murid pada guru yang intinya yakni sebagai bentuk penghormatan orang muda pada yang lebih tua. Hadiah bisa berupa hantaran makanan tradisional Betawi, baik wajik, dodol, geplak hingga masakan Betawi, seperti opor dan ketupat Betawi. 

Jika masyarakat Jawa biasa mengungkap ‘lebaran’ berasal dari ungkapan bahasa Jawa yang berarti ‘wis bar atau sudah selesai’ dari selesai menjalankan ibadah puasa maka lain halnya dengan masyarakat Betawi. Menurut orang Betawi, menggunakan istilah ‘lebaran’ adalah berasal dari kata ‘lebar’ yang maknanya luas. Pemaknaan luas di sini merujuk pada gambaran keluasan hati setelah keberhasilan menuntaskan ibadah puasa di bulan suci Ramadan dengan kegembiraan menyambut perayaan di hari Lebaran. 

Memaknai Kembali Lebaran Betawi

Masyarakat Betawi memiliki rasa silaturahmi dan solidaritas yang erat. Begitu eratnya hingga hal ini termuat dalam filosofi pembuatan dodol Betawi. Ya, pembuataan jajanan yang wajib ada saat Lebaran Betawi ini biasa dilakukan ramai-ramai. 

Lebaran di Betawi tak cukup hanya saat bulan Syawal sesuai kalender muslim. Akan tetapi, mereka selalu memiliki tradisi Lebaran Betawi khusus untuk berkumpul pasca Lebaran. Adapun waktunya, selang waktu 3 pekan hingga satu bulan setelah Lebaran. 

“Yang pasti masih dekat bulan Syawal. Agar saudara dan kerabat yang tak bertemu saat Lebaran Syawal, bisa berjumpa saat Lebaran Betawi. Tujuannya tentu silaturahmi,” kata Pengelola UPK PBB Setu Babakan Babe Bukhori kepada Senibudayabetawi.com, Sabtu (30/4).

Pada masyarakat Betawi, banyak kegiatan ritual budaya keagamaan yang intinya merangkul semua orang, baik sanak saudara hingga tetangga dan kerabat sebanyak-banyaknya untuk saling bermaafan dan menjalin silaturahmi. Tak jarang, banyak juga tokoh masyarakat yang melakukan open house di rumahnya. Mereka saling bermaafan dan mempererat tali persaudaraan sesama umat Islam.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.