Semarak Malam Takbiran Betawi Tempo Dulu

Semarak Malam Takbiran Betawi Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com — Semarak Malam Takbiran Betawi Tempo Dulu — Tempo dulu di Betawi sekitar tahun 1950-1970, malam takbiran menyambut Lebaran dirayakan dengan keliling kampung jalan kaki dan berombongan. Hal ini diungkap oleh Sejarawan Betawi alm Alwi Shahab dalam Saudagar Baghdad dari Betawi (2004).


Tepat pada hari terakhir berpuasa dan selesai berbuka, baik anak-anak, remaja, pemuda-pemudi, dan bapak-bapak langsung bergegas menuju masjid di lingkungan masing-masing. “Kemudian mengumandangkan takbiran sampai adzan Isya. Setelah sholat Isya, semua segera mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan untuk acara takbir keliling,” ujarnya.


Beragam kegiatan mereka lakukan, diantaranya  mempersiapkan peralatan untuk takbir keliling. Mereka menyiapkan pengeras suara berupa speaker masjid, aki, ampli, beberapa mic dan disusun dalam sebuah gerobak. Ada pula yang menyusun bedug masjid untuk tabuhan mengiringi gema takbir. “Bukan hanya bedug, beberapa peserta takbiran juga menenteng kentongan dari batang bambu,” ucap dia.


Sementara untuk peserta lainnya juga mulai menghidupkan obor yang juga terbuat dari bambu.  Beberapa remaja yang mempersiapkan minyak tanah di dalam botol.


Takbir Keliling dari Desa ke Desa

Setelah semua persiapan beres, langsung dimulai acara takbiran keliling kampung menyusuri jalan-jalan desa. Semua peserta mengumandangkan takbir dengan takjub dan perasaan sukacita serta bahagia yang tak terlukiskan menyambut hari kemenangan.


Diiringi tabuhan bedug dan kentongan dari batang bambu, mereka mengumandangkan takbir secara bersahutan. Tak hanya itu, bahkan di pagar-pagar kayu di setiap depan rumah warga juga dipasangi deretan obor-obor kecil. Semarak malam takbiran Betawi tempo dulu begitu terasa.


Menariknya pula, ketika berjumpa dengan rombongan takbir keliling dari masjid lain, mereka saling beradu atraksi. Para remaja yang tadi membawa botolan minyak tanah meminum minyak tanah tersebut. Namun, minyak itu tak sampai ditelan, hanya di mulut kemudian disemburkan di depan api obor. Sehingga akan menghasilkan semburan api yang besar ke udara. 


Atraksi ini semacam gaya-gayaan di depan rombongan takbir keliling masjid lain. Rombongan dari masjid lain juga tidak akan tinggal diam. Mereka juga akan unjuk kebolehan dengan cara yang sama.
Setelah mengelilingi kampung dan tiba kembali ke masjid, takbiran akan dilanjutkan di masjid sampai pagi. 


Baru dua minggu puasa , aroma lebarannya sudah mulai terasa. Ibu-ibu sudah mulai mencicil membuat jajanan lebaran, menjemur rengginang dan kerupuk-kerupuk, sehingga nanti ketika mendekati hari H tinggal menggoreng. 


Lima hari menjelang hari kemenangan, kesibukan membuat kue lebaran semakin menjadi-jadi. Ibu-ibu dan remaja putri sudah sibuk membuat rempeyek, kerupuk, rengginang, keripik pisang, keripik ketela, kuping gajah, antari, wajik, jadah, tape ketan dan macam-macam jajanan lainnya. 


Waktu itu, jajanan yang disajikan di hari Lebaran memang didominasi kue-kue hasil olahan sendiri. Sehingga walaupun nama jajannya sama, cita rasanya akan tetap berbeda pada tiap-tiap rumah. Dulu memang jarang jajanan beli, bahkan kaleng Khong Guan isinya rengginang.


Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.