Hadro Betawi

Remaja Masjid Jami’ Al Madinah Suarakan Hadro, Lestarikan Budaya Betawi

Senibudayabetawi.com – Remaja Masjid Jami’ Al Madinah Suarakan Hadro, Lestarikan Budaya Betawi — Berbagai cara dilakukan untuk menyemarakkan budaya Betawi. Salah satunya yang dilakukan oleh remaja Masjid Jami’ Al Madinah, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang hingga saat ini masih eksis menyuarakan kesenian hadro Betawi. Mereka tergabung dalam Ikatan Remaja Masji Jami’ Al Madinah (Irama) yang terbentuk sejak 2015 lalu. 

Pembina jami’ah hadro Wildan Sulhan, Ahmad Taufan menyatakan antusiasme melakukan kegiatan agama para remaja di sekitar wilayah masjid masih sangat tinggi, termasuk salah satunya bergabung ke kesenian hadro. “Alhamdulillah sejak saya gabung di sini yaitu tahun 2009, meski para anggota silih berganti tapi hingga saat ini masih eksis, tidak putus,” kata dia kepada senibudayabetawi.com baru-baru ini.

Dalam kegiatannya, mereka banyak memainkan musik-musik Islami, termasuk yang kerap mengiringi shalawat Nabi Muhammad. Dalam berbagai acara Betawi pun mereka kerap mengisi untuk unjuk gigi, diantaranya acara di Sudin Kebudayaan Jakarta Barat, Dinas Kebudayaan, hingga Taman Ismail Marzuki. “Selain itu, kita juga masih kerap bermain di acara haul, peringatan Isra’ Mi’raj, hingga maulid, nikahan,” ujar dia.

Ia menegaskan, sudah bukan rahasia lagi bila di wilayah Rawabelong, Jakarta Barat kental akan agama dan budaya Betawi. Keberadaan wadah ini, sambung dia bisa dimanfaatkan para remaja masjid untuk berekspresi dalam berkesenian. “Ini hanya sebagai perantara untuk mereka agar bisa mencintai budaya Betawi dan berkegiatan di masjid,” ujar dia. 

Hadro Betawi

Remaja Masjid Jami’ Al Madinah Suarakan Hadro, Lestarikan Budaya Betawi. Mengutip laman Warisan Budaya Kemendikbud, Hadro Betawi diperkirakan berawal dari Jakarta Selatan baru menyebar ke wilayah Jakarta Pusat. Perkiraan ini didasarkan kepada jumlah dan mutu grup Hadro Betawi di Jakarta Selatan dibanding pada wilayah lain. Irama pukulannya yang lebih dekat dengan musik rakyat Betawi di wilayah pinggiran seperti Rebana Biang, Tanjidor dan Topeng Betawi juga menguatkan berasal dari Jakarta Selatan.

Dibanding dengan rebana ketimpring, hadro Betawi juga lebih menonjolkan fungsi hiburan dibanding fungsi ritualnya. Tidak ada lagu atau bagian dalam pergelaran Hadro Betawi yang dianggap sakral dan lebih dibawakan secara hikmat. Misalnya seperti Asyraqal dalam pergelaran Rebana Ketimpring. Seluruh lagunya lebih banyak menampilkan keterampilan musik dan keindahan vokal. Apabila dalam pembacaan syair Syaraful Anam banyak dibacakan vokal solo berupa Rawi dan doa, dalam pergelaran Hadro Betawi kedua hal tersebut tidak ada. Sebagai penggantinya dibacakan atau dimainkan lagu-lagu Rebana Dor atau Yalil.

Hadro Betawi berukuran 25 cm – 35 cm, lebih besar dari rebana ketimpring. Pada kayu kelongkongan dipasang tiga pasang lingkaran logam berfungsi sebagai kecrek.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.