Senibudayabetawi.com – Suburnya Majelis Taklim di Tanah Betawi – Sudah bukan rahasia lagi bila perkembangan Islam di Betawi sangatlah pesat. Ini terbukti dari maraknya majelis taklim yang ada. Majelis taklim di Betawi tak sekadar sebagai institusi pendidikan untuk pendidikan agama, tapi memiliki peran strategis dalam melahirkan ulama-ulama Betawi.
Sebagian besar majelis taklim di Betawi memiliki peran besar sebagai “jantung” pusat segala kegiatan masyarakat Betawi. Tak heran jika majelis taklim mampu melahirkan ulama-ulama besar Betawi, diantaranya mualim KH. Syafi’i Hadzami yang pengaruhnya sangat luas.
KH. Syafi’i Hadzami sangat populer baik di dalam maupun luar Betawi. Pada perjalanannya menuntut ilmu, tidak kurang dari 11 majelis taklim dengan 11 orang guru yang beliau datangi dalam rangka menuntut berbagai disiplin ilmu agama. Setelah menjadi ulama, beliau pun mengajar tidak kurang di 30 majelis taklim sampai akhir hayatnya.
Melalui ajaran KH. Syafi’i, terlahir pula ulama Betawi terkemuka lainnya seperti KH. Drs. Saifuddin Amsir dan KH. Maulana Kamal, KH. Abdurrahman Nawi.
Sejarah Awal Majelis Taklim di Betawi
Namun, sejatinya sejak kapan majelis taklim ada di tanah Betawi? Menurut hasil penelitian Ridwan Saidi dan Alwi Shahab, majelis pertama kali di Betawi yaitu Majelis Taklim Habib Ali Kwitang (Habib Ali al-Habsyi) yang pertama kali beraktivitas pada tanggal 20 April 1870 .
Setelah Habib Ali Kwitang wafat, majelisnya diteruskan oleh anaknya, Habib Muhammad al-Habsyi, dan kemudian dilanjutkan oleh cucunya Habib Abdurrahman al-Habsyi. Melalui majelis Taklim Habib Ali Kwitang inilah muncul ulama-ulama besar Betawi. Misalnya seperti KH. Abdullah Syafi`ie (pendiri Perguruan Islam Asy Syafi`iiyyah) dan KH. Tohir Rohili (pendiri Perguruan Islam Ath Thahiriyah). Keduanya kemudian juga mendirikan majelis taklim, yaitu Majelis Taklim Asy-Syafi`iyah, di Bali Matraman, Jakarta Selatan dan Majelis Taklim Thahiriyah di Jalan Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan.
Kedua majelis taklim ini kemudian berkembang pesat sehingga memiliki perguruan Islam, mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Dalam perkembangannya, kedua majelis taklim tersebut lebih menonjol kepesertaannya.