Senibudayabetawi.com – Rayakan Hajatan Jakarta ke- 495 dengan Mencicipi Sayur Babanci Khas Betawi – Pakar Kuliner William Wongso pernah mengatakan, “Tak ada yang bernama makanan Indonesia”. Yang ada, hanyalah masakan atau makanan daerah. Tak ayal, jika nama makanan daerah terus menggaung seperti halnya cita rasanya yang khas. Ada makanan yang terus menerus tak pernah kehilangan peminat. Salah satunya kuliner sayur babanci yang cocok sembari merayakan hajatan Jakarta ke-495 ini.
Menikmati sayur babanci dalam menyambut peringatan Hajatan Jakarta ke-495 merupakan momen yang sangat menarik sekaligus kembali sebagai refleksi tentang beragamnya Jakarta. Bagaimana tidak, ini terlihat dari penggunaan bumbu dan rempah-rempahnya. Dilihat dari penggunaan bumbu dan rempahnya, sajian ini merupakan akulturasi 3 budaya, yaitu Arab, Tionghoa, dan Betawi.
Pengaruh Arab ada dalam penggunaan rempah seperti jintan, pengaruh Tionghoa konon karena dulunya makanan ini banyak dimasak oleh masyarakat Tionghoa-Betawi, dan pengaruh asli Betawi ada pada penggunaan rempah unik seperti botor, kedaung, dan tai angin.
Tak hanya namanya yang terbilang unik, sayur ini juga mengandung bahan-bahan rempah yang mulai langka ditemukan. Nama babanci, sambung dia berasal dari ketidakjelasan– penggunaan kelapa muda (dikerok) yang biasa digunakan sebagai campuran es tapi digunakan untuk sayur ini. Versi lain menyebut, sayur ini tak jelas bentuknya–yang mirip soto tapi tidak memiliki rasa soto dan mirip juga dengan gulai tapi tak seperti gulai.
Adapun isian utama dari sayur babanci ini bukanlah sayur seperti kebanyakan. Namun, daging sapi. Menariknya, bukan daginglah yang menjadi bahan utama ciri khas yang menonjol dari bahan sayur babanci ini, tetapi rempah-rempahnya.
Rayakan Hajatan Jakarta ke- 495 dengan Mencicipi Sayur Babanci Khas Betawi
Chef Abdul menyatakan yang menarik dari kuliner Betawi ini yaitu kurang lebih menggunakan 28 bahan. Beberapa bahan seperti rempah-rempah bahkan nyaris susah ditemukan. “Misalnya kacang botor, kedaung dan tahi angin. Tahi angin ini kita beli dari Yogyakarta karena keterbatasan stok di Jakarta,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, baru-baru ini.
Menariknya pula, semua bagian-bagian kelapa digunakan untuk membuat sayur babanci ini. Misalnya daging kelapa muda sebagai bahan isian, air kelapa muda, santan, serta kelapa yang telah disangrai. Pantas saja, rasa gurih asam dan manis campur jadi satu saat menyantap sensasi unik dari sayur langka Betawi ini.