Senibudayabetawi.com – Melihat Kebetawian Masyarakat Kampung Sawah – Etnis Betawi kerap diidentikkan dengan keyakinan agama Islam. Campur baur antara identitas etnik Betawi tak dapat terpisahkan denganIslam bahkan memengaruhi perkembangan tradisi dan kesenian suku Betawi. Banyak studi bahkan menyebut, tradisi dalam masyarakat Betawi, seperti Palang Pintu, Lebaran Betawi, Hadrah merupakan ekspresi religiusitas Islam.
Akan tetapi, apakah benar bahwa semua masyarakat Betawi merupakan pemeluk agama Islam? Masyarakat Betawi yang terikat dalam komunitas non muslim, salah satunya komunitas kristiani ada di Kampung Sawah.
Masyarakat kristiani Kampung Sawah biasa menggunakan bahasa Betawi Ora, seperti halnya banyak digunakan dalam percakapan masyarakat Betawi pinggiran Jakarta. Kendati demikian, identitas kebetawian komunitas kristiani Kampung Sawah terus menerus diperdebatkan.
Tak hanya itu, penggunaan simbol-simbol budaya untuk menegaskan identitas ke-Betawian ditunjukkan dengan penggunaan identitas penampilan. Misalnya, peci, sarung, dan baju koko pada perayaan Natal oleh umat Kristiani. Tradisi ini tetap berlangsung hingga sekarang. Dalam Identitas dan Otoritas: Rekonstruksi Tradisi Betawi (2004) Alwi Shahab mengungkap, awalnya penampilan busana Betawi dalam acara Natal mendapat kecaman dan protes dari orang Betawi di tahun 1999.
Melihat Kebetawian Masyarakat Kampung Sawah
Lebih jauh, Alwi Shahab menyebut lebih tepat menyebut orang Kristen Kampung Sawah sebagai Orang Jakarta dan bukan orang Betawi. Pasalnya, masyarakat Kampung Sawah adalah para migran yang masuk ke Kampung Sawah setelah Orang Betawi terbentuk. Adapun mereka menyandang gaya hidup yang amat berlawanan dengan gaya hidup Orang Betawi.
Setidaknya terdapat beberapa hal yang mendasari pendapat Shahab bahwa orang Kristen Kampung Sawah bukanlah Betawi.
1.Orang Kristen di Kampung Sawah menyandang gaya hidup yang berbeda
Orang kristiani Kampung Sawah memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang Islam Kampung Sawah, baik dari tingkat pendidikan, pekerjaan, cara berpakaian, perayaan-perayaan dalam keluarga. Shahab menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya pada tahun 1989 dan tahun 1991-1992 dalam rangka mengidentifikasi kebetawian penduduk Kampung Sawah, data pencatatan sensus penduduk tahun 1930 telah membedakan pencatatan antara orang Betawi dan Orang Kristen.
2.Pemahaman Sebagian Tokoh Betawi
Identitas agama hanyalah bagian dari identitas diri seseorang di luar identitas etnisnya, dapat menjadi satu bentuk pengakuan bahwa Masyarakat Kristen Kampung Sawah adalah Betawi.
3.Suku Betawi di Kampung Sawah menggunakan marga sebagai nama belakang
Asal-usul penggunaan marga di belakang nama penduduk asli berkaitan erat dengan masuknya agama Kristen di Kampung Sawah. Hal ini juga memiliki keterkaitan dengan pemberlakuan hukum kolonial semasa penjajahan Belanda pada abad sembilan belas. Pada saat itu, diterapkan hukum yang berbeda, yaitu hukum Islam, hukum adat, dan hukum Barat.
Bagi warga Kristen pribumi yang hendak menikah, berlaku peraturan bahwa mereka harus menggunakan nama keluarga dari pihak Ayah di belakang nama mereka ditambah dengan nama baptis, mirip dengan yang berlaku di negara-negara Eropa Barat. Alhasil, dari praktik perkawinan antar marga dan berlainan agama ini, di Kampung Sawah kita dapat menjumpai satu keluarga dengan keyakinan agama yang berbeda-beda di antara anggota keluarganya.