Sensasi Bir Pletok yang Diracik Langsung oleh Parampah

Sensasi Bir Pletok yang Diracik Langsung oleh Parampah

Senibudayabetawi.com – Meminum bir pletok dalam kemasan plastik ataupun botol adalah hal biasa. Namun apa jadinya bila kita meminum bir pletok, minuman khas Betawi yang diracik langsung oleh ahlinya? Kali ini disajikan oleh parampah, sebutan untuk peracik minuman rempah-rempah dari Aliansi Kuliner Indonesia. 

Stand Aliansi Kuliner Indonesia menjadi salah satu pusat perhatian di acara Pasar Murah dan Hiburan Rakyat “BKOW Fair” di Pusat Budaya Betawi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (24/7). Mengusung produk bernama Stasiun Jamu, mereka juga turut menyajikan langsung pembuatan bir pletok. Sang parampah tampak terampil dan cekatan melayani para pembeli.

“Kalau bir pletok yang dingin sudah habis, adanya yang panas,” ujar Rudy Octave kepada Senibudayabetawi.com. 

Lelaki yang juga pelopor Parampah Indonesia ini terlihat meracik bahan-bahan bir pletok, diantaranya secang, jahe dan kayu manis sebelum akhirnya dimasak. Selanjutnya, ia tungakan ke gelas-gelas dan botol. Para pengunjung melihat aksi Rudy dengan penuh ketakjuban. 

Rudy menyebut Indonesia merupakan negara dengan penghasil tanaman atau biodiversitas, termasuk rempah-rempah terbesar kedua di dunia. Rempah-rempah yang kaya manfaat saat ini telah lama ditinggalkan masyarakat. Padahal, sambung dia zaman kolonialisme dulu rempah-rempah banyak diburu negara lain. 

Meracik secara Langsung

Salah satu minuman yang akrab dalam masyarakat Betawi yaitu bir pletok. Rudy menyebut, konsep open table dengan memastikan peracikan minuman khas Betawi ini bukan tanpa alasan. Selain ingin menarik perhatian pengunjung, juga sekaligus mengedukasi cara membuatnya.

“Banyak masyarakat yang tak tahu apa itu bir pletok. Kita di sini sekqligus ingin mengedukasi mereka cara membuat minuman ini yang aman, alami dan tanpa bahan pengawet,” jelas Rudy.

Lelaki berpakaian pangsi ini menyatakan bahwa minuman ini buatannya tak sama seperti bir pletok dalam kemasan yang tahan dalam jangka waktu yang lama. Ia menyebut, produknya hanya tahan dalam empat sampai lima hari saja. 

Selain memastikan produknya benar-benar diracik dengan bahan alami, ia juga memastikan tak mengandung bahan pemanis. Rudy menegaskan bahwa ia tak menggunakan gula manis, tetapi menggunakan gula batu. Gula batu, sambung dia memiliki kadar manis yang lebih rendah dibanding gula pasir. “Selain memiliki kandungan gula yang lebih rendah, gula batu juga manisnya pas,” imbuh dia. 

“Wine-nya Betawi”

Minuman yang biasa disebut sebagai “wine-nya masyarakat Betawi”. Konon muasal minuman ini ada karena masyarakat Betawi yang kerap melihat dan meniru kebiasaan orang Belanda menyesap wine. Alhasil, dibuatlah minuman khusus serupa yang juga menghangatkan tanpa alkohol yang diberi nama bir pletok. Orang Betawi yang kebanyakan umat Islam bisa menikmati bir tak memabukkan ini hingga saat ini.

Adapun embel-embel pletok diduga berasal dari dua versi yang hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Versi pertama menyebut, bunyi “pletok” diduga berasal dari bunyi bahan pembuat bir saat dikocok ruas bambu bersama es batu. Versi kedua menyatakan bahwa “pletok” juga bisa berasal dari bunyi tutup botol anggur saat dibuka.

Warna merah dari minuman ini mirip dengan wine berasal dari bahan secang. Rudy menyebut, ia menggunakan 12 macam bahan. Mulai dari kayu secang, sereh, jahe, biji pala, cengkeh, kayu manis, cabe Jawa, kapulaga, gula pasir, lada hitam, daun jeruk, pandan, hingga bunga lawang. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.