Bubur Asyura

Menikmati Bubur Asyura di Bulan Muharram

Senibudayabetawi.com – Berbagai kuliner lezat disajikan untuk menyambut perayaan tahun baru Islam 10 Muharram 1444. Salah satunya yaitu bubur Asyura. Tak sekadar bubur biasa, konon kuliner ini sekaligus mengingatkan akan momentum penting dalam perjalanan sejarah umat Islam. 

Seperti halnya namanya, bubur Asyura kerap kali dihidangkan saat bulan Asyura atau bulan Muharram. Terlebih jika bubur ini sebagai sajian berbuka puasa sunah Muharram. Berikut fakta terkait bubur Asyura yang dirangkum oleh senibudayabetawi.com.

Berawal dari Perang Badar

Adanya bubur Asyura berawal dari perjuangan Nabi Muhammad ketika berjuang menegakan agama Islam dalam perang Badar. Diketahui seorang sahabat Nabi mengolah hidangan untuk para prajurit perang Badar ini. Akan tetapi, sahabat Nabi tak menyangka bahwa jumlah prajurit yang perang sangat banyak, sedangkan porsi yang dimasak sangat sedikit. 

Nabi Muhammad menginisiasi dengan memerintahkan salah seorang sahabatnya mengumpulkan semua bahan makanan dan mencampurkannya ke dalam olahan bubur yang dimasak. Tujuannya tak lain untuk menambah jumlah porsi makanan dan cukup memberi makan ke semua prajurit. 

Kendati belum diketahui secara pasti kebenaran kisah ini, tapi hal ini sangat populer dalam masyarakat Indonesia. Hidangan bubur Asyura ini bahkan menjadi kuliner tradisi khusus yang dihidangkan menyambut Muharram. 

Bubur Asyura Ada Sejak Zaman Nabi Nuh

Versi kisah lain menyebut bahwa muasal bubur Assyura sudah ada sejak masa Nabi Nuh. Alkisah saat itu Nabi Nuh turun dari kapalnya imbas diterjang banjir bandang dan terombang-ambing di air selama beberapa bulan. 

Saat menyentuh daratan, Nabi Nuh memerintahkan umatnya mengumpulkan semua bahan makanan yang tersisa dari dalam kapal dan dijadikan olahan mirip bubur. Bubur inilah yang disajikan untuk umat yang selamat dari banjir bandang agar bisa bertahan hidup.

Pembuatan dan Penyajian Bubur Asyura

Baik pembuatan maupun penyajian bubur Asyura tak seperti dalam membuat bubur biasa. Ini terlihat dari tradisi masyarakat Melayu. Mereka mempunyai berbagai tradisi yang menarik saat akan menyajikannya. 

Misalnya, mereka akan melakukan pawai, lengkap dengan pakaian Melayu. Para perempuan akan mengenakan baju kurung Melayu atau kebaya panjang beserta kerudung. Sementara para lelaki mengenakan baju kurung Melayu teluk belanga, cekak musang atau baju koko yang dipadankan dengan celana panjang. Tak lupa, mereka juga mengenakan kain songket yang dililitkan di pinggang.

Sementara bahan untuk membuat bubur assyura diantaranya, beras, santan, labu kuning, bayam dan ubi. Sementara untuk bumbu halusnya diantaranya bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, pala, merica, ketumbar, dan salam. Bubur ini juga kerap disajikan bersama telur rebus dan kerupuk. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.