Senibudayabetawi.com – Siapa yang tak kenal dengan cemilan kembang goyang? Jajanan khas Betawi ini kerap kali disajikan saat perayaan Lebaran, hajatan hingga acara keluarga lainnya. Kendati demikian bukan berarti jajanan ini hanya ada di waktu-waktu itu, tapi juga kerap dijual. Rasanya yang manis dan gurih merupakan perpaduan asik tersendiri bagi penikmat jajanan lawas Betawi.
Kue kembang goyang merupakan jajanan klasik yang selalu memiliki penggemar dari berbagai kalangan. Bentuknya yang khas—yakni menyerupai bunga berwarna kuning kecoklatan membuat jajanan ini mudah dikenali. Belum lagi rasanya yang gurih manis dan renyah semakin membuat jajanan ini sulit dilupakan.
Seiring perkembangannya, kue kembang goyang mulai dikreasikan dengan aneka warna, seperti merah, hijau, hingga merah muda sesuai cita rasanya. Mengutip laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, kue kembang goyang menjadi suguhan khas masyarakat Betawi. Biasanya, kue ini menjadi sajian di hari raya Idul Fitri dan acara hajatan.
Nama ‘kembang goyang’ sendiri berasal dari bentuknya yang memang menyerupai kelopak kembang. Sedangkan, muasal ‘goyang’ dari proses pembuatannya yang digoyang-goyang sebelum akhirnya adonan kue terlepas dari cetakan.
Berbahan dasar tepung beras, tak ayal membuat kue ini renyah. Beberapa bahan lainnya diantaranya telur ayam, gula pasir, tepung sagu, santan, wijen putih, kelapa , serta minyak goreng. Usai semua bahan dicampur maka dimasukkan ke dalam cetakan khusus berbentuk bunga lalu dicelupkan ke dalam minyak, dan digoreng.
Salah satu fakta menarik dari jajanan kue kembang goyang ini yakni muasalnya terispirasi dari perhiasan mewah. Bentuknya yang menyerupai kembang atau bunga ternyata mirip dengan hiasan mewah pada sanggul yang kerap digunakan oleh pengantin Jawa kaum kerajaan.
Hiasan sanggul atau konde biasanya berbahan emas yang berkilauan. Menariknya, saat sanggul atau konde ini digunakan oleh pengantin perempuan akan terlihat bergoyang-goyang.
Ramadani Wahyu