Senibudayabetawi.com – Peranan komunitas Arab di Betawi tak sekadar menanamkan nilai-nilai Islam, tetapi juga meluas dalam bidang sosial-keagamaan. Bangunan-bangunan fisik bernuansa Islam seperti masjid tak hanya berfungsi sebagai ibadah, tapi sebagai tempat berkumpul merekatkan solidaritas di dalamnya. Berikut berbagai peranan komunitas Arab di Betawi melansir Peranan Komunitas Arab dalam Bidang Sosial-Keagamaan di Betawi 1900-1942 karya Muhammad Haryono.
1.Bangunan Masjid untuk Berbagai Kegiatan Sosial
Salah satu buktinya adalah bangunan masjid yang masih berdiri kokoh, seperti Masjid Luar Batang pada 1739 Masehi lalu. Masjid di perkampungan Luar Batang, Jakarta Utara ini juga untuk berkonsultasi terkait permasalahan terkait keagamaan hingga sosial. Tak hanya itu, masjid ini juga sebagai salah satu tempat persinggahan masyarakat yang beribadah dan pulang haji.
2.Aktifnya Organisasi Modern Sosial Keagamaan
Peranan orang-orang Arab dalam bidang sosial-keagamaan terlihat sekali ketika memasuki awal abad ke-20 M. Tepatnya saat didirikan organisasi modern yang bernama Jami‟at Kheir, tahun 1905 M. Organisasi ini terkenal bukan saja karena keberhasilannya mendirikan sekolah-sekolah Islam modern, tetapi juga karena kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat keagamaan.
Beberapa tokoh dari organisasi ini bahkan berinisiatif mendirikan Lembaga khusus yang bernama ar-Rabithah alAlawiyyah tahun 1928 M. Lembaga ini didirikan oleh Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf dan Sayyid Muhammad bin Abdurrahman bin Ali bin Shahabuddin. Tujuannya yaitu syiar agama Islam, merekatkan persaudaraan orang-orang Hadhramaut hingga menyantuni janda dan anak yatim.
3.Syiar Agama yang Dilakukan Istikamah
Di Batavia, beberapa ulama cukup terkenal asal Hadramaut yang secara khusus bergelut di dalam bidang dakwah Islamiyah. Sayyid Husain bin Abu Bakar al-Aidrus, yang wafat pada tahun 1756 M. Ia adalah alim ulama yang semasa hidup senantiasa mengamalkan ilmunya kepada masyarakat Betawi.
Melalui sebuah mushola kecil yang didirikannya pada tahun 1739 M di wilayah yang kini bernama kampung kramat Luar Batang. Ia mengenalkan ajaran agama Islam kepada masyarakat Betawi dan menghabiskan masa hidupnya hanya untuk mengamalkan ilmunya kepada masyarakat.
Kemudian ada Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa‟ad bin Sumair alHadhrami, yang wafat pada tahun 1854 M. Ia merupakan seorang ahli fiqh dan tasawuf yang bermadzhab Syafi„i. Melalui kitabnya yang terkenal, Safinatun Najah Fiima Yajibuala Abdi li Maulah,tersyiarlah ajaran agama Islam hingga sampai saat ini.
Ada pula ulama asal Hadhramaut yang sengaja datang ke Betawi pada tahun 1823 M hanya untuk menyebarkan ilmunya lalu kembali lagi pada tahun 1853 M. Ia adalah Sayyid Abdurrahman bin Abu Bakar al-Habsyi.
Ramadani Wahyu