Betawi Kampung Sawah

Palang Pintu, Cara Masyarakat Betawi Menguji Mempelai Pengantin Lelaki

Senibudayabetawi.com – Palang pintu tak sekadar bagian prosesi dalam pernikahan masyarakat Betawi. Perpaduan unik seni pencak silat, pantun, pembacaan shalawat di dalamnya menyimpan simbol pemaknaan mendalam. Salah satunya menyimbolkan sederet ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki demi mendapatkan mempelai perempuan. 

Pencak silat atau biasa disebut maen pukulan misalnya. Bagi laki-laki Betawi, memainkan seni pukul dan mengalahkan lawan jawara ini menyimbolkan besarnya perlindungan suami terhadap istri. Dalam menghadapi bahtera rumah tangga, pasang surut kehidupan merupakan hal yang harus dilalui bersama. Diharapkan suami dapat memberikan perlindungan pada istri dan keluarga.

Prosesi Palang pintu dilakukan saat pihak pengantin pria akan memasuki rumah pihak mempelai perempuan. Sebelum iring-iringan pihak mempelai lelaki masuk, mereka dihadang oleh perwakilan jawara kedua belah pihak. 

Menariknya, sebelum beradu silat mereka akan beradu pantun terlebih dahulu. Ini diawali dengan dialog pembukaan dan saling berbalas pantun. Di sela-sela berbalas pantun ini mereka juga memberikan selipan humor di dalamnya sehingga memicu tawa penonton. Sudah menjadi ciri khas masyarakat Betawi yang selalu bumbu-bumbu humor di dalamnya. Setelah itu, jagoan silat dari pihak perempuan akan menguji kesaktian dan kemampuan dari pihak laki-laki.

Adu maen pukul diatur sedemikian rupa sehingga sesuai skenario dimenangkan oleh pihak mempelai lelaki. Mengalahkan lawan dari pihak perempuan inilah yang dianggap sebagai menjatuhkan penghalang, sehingga dinamakan palang pintu. Selanjutnya, pihak pengantin perempuan biasanya meminta pihak laki-laki untuk menunjukkan kebolehannya dalam membaca Al Quran. 

Muasal Palang pintu 

Palang pintu sendiri merupakan perpaduan silat dan pantun yang muncul dalam rangkaian khas pernikahan orang Betawi. Dalam tradisi ini, jawara yang merupakan perwakilan dari mempelai lelaki dan perempuan akan beradu memperagakan silat dan berpantun.

Tak ada bukti shahih yang dapat menunjukkan awal mula tradisi ini. Akan tetapi, tokoh pahlawan Betawi, Pitung diketahui telah menjalani tradisi ini saat memperistri Aisyah. Adapun Aisyah sendiri merupakan putri Jawara Kemayoran yang kerap mendapat julukan ‘Macan Kemayoran’ atau Murtadho.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.