Senibudayabetawi.com – Nilai-nilai Islam telah tertanam dalam kehidupan dalam masyarakat Betawi. Ini dibuktikan dengan lahirnya institusi pendidikan Islam yang kerap dijadikan tempat mendidik anak-anak Betawi. Salah satu yang paling tua yaitu pondok pesantren.
Dalam masyarakat Betawi, terdapat tiga jenis institusi pendidikan yang menjadi tempat belajar agama, yakni pondok pesantren, madrasah, serta majelis taklim. Sebagai institusi tertua, pondok pesantren telah ada sejak abad ke-14 dengan didirikannya Pondok Syaikh Quro.
Mengutip buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Melacak Jaringan Ulama Betawi dari awal Abad ke-19 sampai abad-21 karya Rakhmad Zailani Kiki (2018), sebelum kemerdekaan, model Perkembangan Pesantren Betawi Tempo Dulu menerapkan model pondok pesantren salafi.
Pesantren salafi merupakan pola tradisional di mana para santri bekerja untuk kyai mereka. Misalnya mulai dari mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan) dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Misalnya, pesantren salafi yang terkenal adalah yang didirikan dan dipimpin oleh Guru Marzuqi, Cipinang Muara.
Hampir semua orang tua Betawi pada zaman itu yang ingin anaknyamenjadi ulama memasukan anaknya ke pondok Guru Marzuqi,Cipinang Muara. Bangunan arsitektur Betawi tampak sangat kentara pada di sini. Misalnya, bangunan fisik terdiri atas empat bangunan sederhana yang terbuat dari bilik yang dikapur putihdengan arsitektur Betawi.
Sementara dua bangunan kecil dan dua bangunan besar memanjang. Dua bangunan besar merupakan tempat mengaji dan tempat tinggal santri laki-laki yang mondok. Sedangkan, dua bangunan kecil merupakan rumah Guru Marzuqiyang juga berfungsi sebagai tempat mengaji santri perempuan.
Pondok Pesantren Salafi dan Modern
Secara umum, terdapat dua model pondok pesantren, yaitu salafi dan modern . Pondok salafi menerapkan pola tradisional yang sebagian besar menyediakan asramasebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yangrendah atau tanpa biaya.
Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiatan. Misalnya, mulai dari shalat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali diwaktu malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untukbelajar ilmu formal. Selanjutnya pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur’an.
Berbeda halnya dengan salafi, pondok modern mengajarkan pendidikan umum. Adapum untuk persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (Matematika, Fisika, dan Bahasa, serta pelajaran lainnya).
Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan. Selanjutnya keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Pada pesantren modern, materi yang diajarkan yaitu campuran antara pendikikan ilmu formal dan ilmu agama Islam.
Para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah. Pesantrencampuran untuk tingkat SMP terkadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah.
Saat ini, pondok salafi di Betawi sudah sangat jarang. Adapun pondok salafi non pondok seperti Pesantren Al Ihsan, Cakung Barat yang dipimpin oleh KH. Hifdzillah.
Kini turut berkembang yaitu model pondok modern, seperti Pondok Pesantren Al-Itqon, Duri Kosambi, Jakarta Barat yang dipimpin oleh KH.Mahfudz Asirun. Selanjutnya Pondok Al-Hidayah, Basmol, Jakarta Barat yang dipimpin oleh KH. Syarifuddin Abdul Ghani. Selanjutnya, Pondok At-Taqwa yang dipimpin KH. Amien Noer, Lc, MA, Pondok An Nida Al-Islami, Bekasi yang didirikan oleh Syaikh KH. Muhadjirin Amsar
Selanjutnya, Ad-Darry, Pondok Al-Kenaniyah, Pulo Nangka, Jakarta Timur;Pondok Pesantern Al-Awwabin, Pancoran Mas, Depok yang didirikan olehKH. Abdurrahman Nawi.
Ramadani Wahyu