Senibudayabetawi.com – Kebudayaan Betawi dihasilkan melalui proses panjang melalui akulturasi antar etnis dan suku bangsa, termasuk silat atau maen pukulan yang mendapatkan pengaruh dari Tionghoa. Salah satu maen pukulan yang terpengaruh dari Negeri Tirai Bambu tersebut adalah Sabeni.
Seperti dikutip dari sabenitenabang.com, seni maen pukulan Sabeni Tenabang merupakan aliran silat tradisional asli Betawi asli daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat, Indonesia. Aliran silat ini kali pertama dikembangkan oleh Sabeni bin Canam sebelum akhirnya diturunkan ke M. Ali Sabeni. Ia merupakan mantan Tentara Angkatan Darat Indonesia yang pada hari tuanya dikenal sebagai seniman samrah Betawi. Sama halnya dengan sifat silat tradisional lainnya, penyebaran silat tradisional ini awalnya sangat terbatas karena silat keluarga.
Melansir Akulturasi Unsur Kungfu Tiongkok dalam Pencak Silat Betawi karya Agustinus, dkk, wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat hingga Tangerang dipengaruhi oleh permainan kungfu Tiongkok. Ini tak lain karena wilayah tersebut kental akan budaya Tionghoa. Kemungkinan, guru dari Bapak Mail dan H. Suhud merupakan orang Tiongkok.
Simbol dan Jurus
Kendati tak ada catatan pendukung tertulis bahwa Sabeni terpengaruh unsur Tiongkok, tapi beberapa hal membuktikan. Misalnya, jika ditilik dari lambang Silat Sabeni, yakni berupa lambang kelabang, naga, merak dan bola dunia sangat dekat dengan filosofi Tiongkok. Sementara dari segi pukulan, terdapat beberapa jurus yang namanya berkaitan erat dengan simbol-simbol Budaya Tiongkok. Seperti Naga Ngerem, Kelabang Menyeberang, dan Merak Ngigel.
Dalam kebudayaan Tiongkok, naga merupakan salah satu binatang pembawa keberuntungan dan dipercaya mempunyai kekuatan gaib. Seperti menampakkan atau menyembunyikan diri, mengubah panjang dan ukuran tubuhnya, serta menggerakkan kekuatan alam.
Menariknya, dalam simbol seni maen pukulan Sabeni, naga yang digambarkan merupakan wujud naga Tiongkok bukan mitologi Jawa. Adapun naga dalam Tiongkok digambarkan mempunyai empat kaki.
Jurus lain yaitu Merak Ngigel, dalam Sabeni diwujudkan gerakan burung merak yang sedang menari kasmaran. Aplikasi pada jurus ini terletak pada tangan yang membentak pendek di depan tangan sebagai analogi bulu ekor merak. Gerakan ini dapat menarik tangan lawan ke dekat dada dan diteruskan dengan pukulan siku serta serangan bagian bawah.
Merak dalam budaya Tiongkok merupakan salah satu dari burung pembawa keberuntungan dan melambangkan sembilan karakter yang baik. Tak heran jika kemudian dijuluki Wenniao (Wenming zhi niao) yang berarti burung yang mempunyai adab yang tinggi.
Selain itu, juga terdapat jurus Kelabang. Dalam Sabeni, jurus kelabang mempunyai keluwesan dan kecepatan tinggi dengan perpaduan tangan dan sapuan kaki kanan dan kiri secara bergantian. Gerakan ini dapat memecah konsentrasi lawan dan berbahaya bagi lawan.
Ramadani Wahyu