Senibudayabetawi.com – Bank Indonesia (BI) secara resmi telah meluncurkan uang rupiah kertas emisi tahun 2022 untuk pecahan Rp. 1000 hingga Rp 100 ribu. Menariknya uang kertas baru ini memiliki gambar pahlawan Nasional dari Betawi, yaitu Mohammad Husni Thamrin (MH. Thamrin).
MH. Thamrin merupakan satu-satunya tokoh Betawi yang ada dalam uang rupiah. Wajah pejuang asli Betawi ini terlihat jelas dalam pecahan Rp. 2000. Perjuangan MH. Thamrin tetaplah dikenang sepanjang sejarah.
Husni Thamrin merupakan seorang politikus pada masa kolonial Hindia Belanda, yang aktif memperjuangkan kepentingan masyarakat Betawi.
M.H. Thamrin adalah putra Betawi yang lahir dan tinggal di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Ia lahir pada tanggal 16 Februari 1894.
Teman-temannya memanggilnya Mat Seni. Ini adalah kebiasaan orang Betawi untuk menyingkat nama orang. Mat singkatan dari Mohammad. Sedangkan Seni dari Hoesni. Ayahnya adalah seorang Wedana. Wedana adalah pembantu Bupati yang membawahi beberapa orang Camat.
Sebagai putra Wedana, M.H. Thamrin berkesempatan sekolah sampai tingkat tinggi. Tiap pulang sekolah ia selalu melewati kampung-kampung pribumi yang kumuh. Timbullah keinginannya untuk memperbaiki nasib masyarakat pribumi. Semasa sekolah, M.H. Thamrin sudah tertarik pada politik. Ia sering berkumpul dengan pemuda-pemuda dari berbagai perkumpulan yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa.
Pada umur 25 tahun, M.H. Thamrin menjadi anggota Gemeenteraad Batavia atau Dewan Kotapraja Betawi. Di sinilah dia memperjuangan kehidupan masyarakat pribumi. Ia membangun sekolah untuk rakyat, membangun sarana kesehatan, memasang penerangan jalan, dan membangun kanal untuk mencegah banjir dari sungai Ciliwung.
Setahun setelah itu, pada usia 25 tahun, Thamrin naik ke pentas nasional dengan menjadi anggota Volksraad, yaitu parlemen pada masa Hindia Belanda. Dia terpilih mewakili pribumi setelah H.O.S. Tjokroaminoto dan Dr. Soetomo menolak jabatan tersebut.
Kepedulian Mat Seni
Sebagai salah satu pemuda terpelajar di kalangannya saat itu, Mat Seni kerap menyoroti ketimpangan pada pembangunan di Batavia. Terutama kawasan kampung yang kerap kebanjiran ketika musim penghujan.
Hal ini terjadi karena semasa kecil ia dibesarkan di Batavia, sehingga kerap menghabiskan waktu bersama warga di kawasan kampung.
Menurutnya, terjadi kesenjangan dalam pembangunan di kawasan perkampungan pribumi dengan jalan raya besar dan bangunan pemerintah yang megah.
Thamrin juga pernah mengusulkan agar pemerintah Hindia Belanda membangun persediaan air bersih untuk minum. Akhirnya dibangun saluran air minum Kanal Ciliwung, yang kini dikenal dengan penjernihan air di kawasan Pejompongan.
Tak hanya itu, Thamrin juga menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan olahraga. Salah satunya ketika menyumbangkan dana pribadinya untuk membangun lapangan sepakbola khusus pribumi di kawasan Petojo pada April 1930.
Selain berkiprah di Dewan Kota, Mat Seni juga menggalang semangat perjuangan pemuda Betawi. Ia membentuk Kaum Betawi pada 1 Januari 1923.
Lalu pada 17 Desember 1927 ikut mendirikan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) sebagai upaya menggalang gerakan perjuangan nasional.
Thamrin juga turut berjasa sebagai salah satu pelopor bergabungnya empat organisasi nasional menjadi Gaboengan Politiek Indonesia (GAPI) pada Mei 1939. Organisasi ini memiliki empat tujuan utama, yakni Indonesia menentukan nasib sendiri, persatuan nasional, pemilihan secara demokrasi, dan solidaritas antara warga Indonesia dan Belanda untuk memerangi fasisme.
Pada 6 januari 1941, pemerintah Hindia Belanda memerintahkan dirinya untuk mendapatkan tahanan rumah, atas tuduhan bekerja sama dengan Jepang. Thamrin pun dilarang mendapatkan kunjungan, atau keluar dari lingkungan rumanya. Padahal saat itu, dia tengah dalam keadaan sakit.
Tak lama setelah itu, Thamrin meninggal dunia pada 11 Januari 1941, dan dimakamkan di tempat pemakaman Karet, Jakarta.