Senibudayabetawi.com – Dari masa ke masa, masyarakat Betawi terus berkembang bersama dengan identitas ciri budayanya yang khas, baik melalui proses akulturasi hingga asimilasi. Salah satunya terlihat dalam rumah adat Betawi.
Rumah tradisional Betawi secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu potongan gudang, potongan joglo (limasan), dan potongan bapang atau kebaya. Bentuk tradisional rumah Betawi lebih bersifat terbuka dan mencerminkan siap menerima pengaruh dari luar. Ini terlihat jelas dari pola tapak, pola tata ruang dalam, serta sistem struktur serta detail dan ragam hiasnya.
Rumah tradisional Betawi tidak memiliki arah mata angin. Tak ada keharusan rumah harus menghadap dan juga tidak ada bangunan atau ruang tertentu yang menjadi /pusat perkampungan. Pemukiman Betawi memiliki orientasi atau arah mata angin rumah dan pekarangan yang lebih ditentukan oleh alasan praktis seperti aksesibilitas pekarangan (kemudahan mencapai jalan) juga tergantung pada kebutuhan pemilik rumah.
Melansir dari Makna Ornamen pada Arsitektur Rumah Kebaya Tradisional Betawi, selain didirikan beberapa rumah tinggal, di atas tapak rumah (pekarangan rumah) juga dibangun fungsi- fungsi lain seperti kuburan hingga lapangan badminton.
Sementara kelompok rumah di daerah pesisir umumnya menghadap ke darat dan membelakangi muara sungai. Namun tidak berarti direncanakan atau diseragamkan mengikuti arah mata angin atau orientasi tertentu.
Ragam Hias Rumah Betawi
Bagaimanapun ragam hias rumah merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan oleh masyarakat Betawi. Ragam hias biasanya diletakkan pada lubang angin, kusen, daun pintu dan jendela. Ragam hias ditemukan pada unsur- unsur dan hubungan- hubungan struktur atau konstruksi seperti sekor, siku penanggap, tiang atau hubungan antara tiang dengan batu kosta.
Konstruksi toukung diadaptasi dari arsitektur Cina dan diterapkan pada siku penanggap. Bukan saja merupakan prinsip konstruksi tetapi juga merupakan sentuhan dekoratif. Tiang-tiang bangunan jarang dibiarkan polos bujur sangkar menurut irisannya. Lalu diberi sentuhan akhir pada sudutnya maupun ujung atas (berhubungan dengan penglari dan pengeret) dari tiang.
Dari Belanda dan Eropa dikenalkan skor besi cor yang cenderung mengadaptasi bentuk-bentuk dari Eropa (art-deeo, art-noveau, dsb). Namun ragam hias lebih banyak digunakan pada unsur-unsur bangunan yang bersifat non struktural. Misalnya, pada listplank, pintu, langkan (pagar pada rumah), jendela.