Senibudayabetawi.com – Para ulama Betawi tak sekadar menyebarkan dakwah secara lisan. Akan tetapi juga dikenal sebagai kelompok ulama paling produktif dalam melahirkan menulis. Tradisi ini merupakan cerminan bahwa mereka sangat memperhatikan pedoman untuk memahami nilai-nilai agama secara mendalam.
Melansir dari Khazanah Intelektual Ulama Betawi Abad ke-19 dan ke-20 M, ada perbedaan produktivitas antara ulama Betawi abad ke-19 dan 20. Ulama abad ke-19 terkenal lebih produktif dalam menulis dibanding ulama yang lahir pada abad ke 20.
Akan tetapi, dalam segi pemeliharaan, karya ulama abad ke-19 cenderung kurang terpelihara. Ini tak lain perjalanan waktu antara masa penulisan, penyalinan, penerbitan dan pemeliharaan yang sangat jauh. Sementara, karya ulama abad ke-20 relatif lebih terpelihara sehingga lebih mudah diakses.
Tak hanya itu, jika dilihat dari sisi jumlah halaman kitab hampir sebagian besar ulama Betawi menulis kitab seperti halnya risalah dengan jumlah halaman yang sedikit serta tipis. Kebanyakan mereka menulis terkait dengan panduan pelaksanaan kegiatan ibadah dalam sehari-hari. Kendati demikian, ada pula ulama yang memiliki lembar halaman lebih dari 100, seperti karya K.H. Muhadjir Amsar Ad-Dary, K.H. Saiudin Amsir, serta Syekh Dr. Nahrawy Abdussalam.
Karya Ulama Betawi
Beberapa ulama Betawi tersebut yaitu Guru Mansur, sebagai gurunya para ulama Betawi yang memiliki 19 karya dan sebagian besar mengenai ilmu Falak. Ulama Sayyid Usman bin Yahya menuliskan sebanyak 13 karya, Ahmad Marzuki bin Mirshad (Guru Marzuki) yaitu sebanyak 8 tulisan. Selanjutnya, K.H. Muhadjir Amsar Ad-Dary menuliskan sebanyak 22 tulisan, Guru Mansur menuliskan sebanyak tiga tulisan, dan KH. Abdullah Syafi’i menuliskan 32 karya.
Beberapa ulama lain diantaranya Ustz. Hj. Siti Suryani Tahir menuliskan sebanyak 27 karya, Ustz.Hj. Tutty Alawiyah menulis sebanyak 16 karya. Selanjutnya, K.H. Hadzami menulis sebanyak 8 karya, K.H. Abdurrahman Nawy menulis 4 karya. Selanjutnya, K.H. Fathullah Harun menulis sebanyak 3 karya. Kemudian, K.H. Mukhtar Thabrani menulis sebanyak 2 karya, K.H. Saifuddin Amsir menulis 1 karya, K.H. Dr. Nahrawi Abdusalam menulis 2 karya.
Lalu, K.H.Abdurrahim Radjiun menulis 2 karya, M. Ali bin Al-Hamid menulis 3 karya, lalu Siti Zubaidah Hasbiyallah menghasilkan 2 tulisan, Khadijah Jamali menghasilkan 2 tulisan. Selanjutnya, K.H. Syafi`i Munandar menghasilkan 1 tulisan. Berikutnya yaitu Habib Abdurrahman Ats.Tsaqafi menulis 2 karya, Abdurrasyid Al-Indunisiy menulis 1 karya, dan K.H. Abdul Hanan Said menulis 1 karya, dan M. Fakhruddin Al-Batawi menulis 1 karya.
Ramadani Wahyu