Senibudayabetawi.com – Perjalanan sejarah Betawi turut mempengaruhi budaya dan kehidupan di dalamnya. Salah satunya terlihat jelas dalam kekayaan keberagaman kuliner Betawi. Cita rasa hidangan khas Betawi nan gurih dan sedap membuatnya bertahan lama melawan kepunahan.
Asa melawan kepunahan ini berbanding lurus dengan keragaman kekayaan akulturasi hidangan khas Betawi. Melansir Peta 100 Tempat Makan Makanan Khas Betawi di Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang, kuliner Betawi tak lepas dari pengaruh negara lain, seperti Eropa, China hingga Arab. Pengaruh China, misalnya yang terlihat jelas dalam berbagai makanan berbahan dasar ikan cing cuan dan sajian dari ikan ekor kuning atau ikan pisang-pisang yang diberi bumbu tauco.
Kuliner dari Keberagaman Negara
Tak ketinggalan kuliner Betawi yang mengadaptasi dari tradisi Cina yaitu laksa, hungkue, mie juhi serta sayur godok Betawi. Khusus untuk mie juhi merupakan kuliner dengan bahan dasar mie di mana mie pertama kali sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han.
Selanjutnya, untuk sayur godok sekilas mirip dengan lontong Cap Go Meh. Menariknya, sayur godok melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek. Itulah sedikit terkait Menelisik Muasal Cita Rasa Kuliner Betawi Adaptasi dari Berbagai Negara.
Selain itu, pengaruh budaya Arab nampak jelas saat kita menyantap nasi kebuli atau gule. Cita rasa yang pekat dengan kaya rempah sangat mencirikan makanan khas Arab. Berbagai kuliner lain yaitu seperti kue kamir, Sop Kaki Kambing, Nasi Bukhari, Alie, Bagente dan Kue Abug.
Sementara kuliner Betawi yang mengadaptasi dari budaya Eropa yaitu bir pletok, kue cubit, semur daging. Khusus bir pletok tak lepas dari keinginan masyarakat pribumi untuk merasakan sensasi hangat dari bir pada zaman kolonial Belanda.
Akan tetapi bir mengandung alkohol dan berbenturan dengan nilai dan tradisi Islam maka masyarakat Betawi menciptakan Bir Pletok dari rempah-rempah yang juga menghangatkan.
Demikian pula dengan kue cubit yang secara sekilas mirip dengan poffertjes atau panekuk mini yang diperkenalkan Belanda ketika menjajah bumi nusantara. Sementara semur berasal dari bahasa Belanda, “smoor” yang artinya rebusan. Seiring perkembangannya di Indonesia “smoor” tak sekadar berarti rebusan. Akan tetapi, memiliki arti rebusan daging sapi diikuti tomat dan bawang sehingga menciptakan sensasi rasa tersendiri.
Ramadani Wahyu