Senibudayabetawi.com – Budaya Tionghoa peranakan telah masuk dan bercampur ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Betawi sejak abad ke 16. Ini terbukti dengan adanya produk akulturasinya, yakni kebaya encim yang saat ini telah menjadi ikon pakaian DKI Jakarta.
Migrasi Tionghoa ke wilayah Indonesia melahirkan identitas Cina ke permukaan, tepatnya pada abad ke-18 saat arus perdagangan sangat pesat. Di Batavia jumlah imigran Tionghoa mencapai 500.000 orang. Jumlah yang besar ini turut mendukung berkembangnya komunitas Tionghoa peranakan di wilayah Batavia. Hadirnya masyarakat Tionghoa peranakan di tengah kehidupan masyarakat Betawi membuat masyarakat Betawi lambat laun turut meniru kebiasaan orang Tionghoa. Termasuk dalam hal pakaian kebaya encim.
Melansir Batavia, 1740: Menyisir Jejak Betawi tulisan Windoro (2010), bahwa kebaya encim dan batik lasem digunakan sebagai mas kawin. Mas kawin ini diberikan oleh pengantin pria dalam pernikahan adat Betawi sejak abad 19 hingga 20. Hal ini sekaligus menandakan betapa kebaya encim merupakan suatu simbol yang memiliki nilai penting bagi perempuan suku Betawi.
Posisi kebaya encim juga mampu mempengaruhi persepsi masyarakat terkait penggunaan kebaya pada masyarakat Betawi. Adapun salah satu simbolnya diadopsi secara luas oleh negarawan di Indonesia. Dalam Mengenal 8 Ikon Kebudayaan Betawi, karya Handayani (2020), menyebut bahwa kebaya encim sudah menjadi satu dari delapan ikon kebudayaan Betawi bersamaan dengan bir pletok, kerak telor, kembang kelapa, gigi balang, batik Betawi, dan baju sadariah.
Ikon Jakarta
Peresmian kebaya encim sebagai salah satu ikon kebudayaan Betawi dilatarbelakangi oleh melekatnya kebaya encim dalam kehidupan sehari-hari masyarakat DKI Jakarta. Kebaya encim dikenakan oleh masyarakat Betawi baik dalam acara tidak resmi maupun resmi seperti acara pernikahan; acara tahunan seperti Lebaran Betawi dan Pemilihan Abang None Jakarta.
Penggunaan busana kebaya encim sebagai busana adat Betawi terdiri atas beberapa komponen. Beberapa komponen yang digunakan pada pemakaian busana encim Betawi yaitu meliputi kebaya, sarung batik, kutang nenek, selop, selendang, dan konde cepol. Pemakaian kebaya encim sebagai busana adat Betawi menjadi suatu tanda atau ciri khas cukup unik yang membedakannya daerah-daerah lain.
Penggunaan kebaya encim sebagai busana adat DKI Jakarta sudah tercampur dengan budaya lain yang ada di DKI Jakarta, seperti budaya Arab dan Eropa. Hal ini dapat kita lihat dari model, warna, dan pelengkap kebaya encim dalam masyarakat Betawi. Pemilihan model, warna, dan pelengkap kebaya encim sebagai busana adat Betawi memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Betawi.