Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi harus kehilangan tokoh terbaiknya. Kali ini, Abdul Chaer, tokoh Betawi sekaligus ahli bahasa dan pakar linguistik Indonesia meninggal dunia pada Selasa (13/9) pukul 18.17 WIB di kediamannya Jakarta Timur. Abdul Chaer menghembuskan nafas terakhirnya genap di usiannya yang ke 82 tahun.
Dikenal sebagai ahli bahasa sekaligus penulis, Abdul Chaer banyak menghasilkan karya, berupa buku pengantar kebahasaan hingga kamus. Kepenulisannya yang khas membuat buku-bukunya kerap kali menjadi acuan bagi mahasiswa. Khususnya yang memilih program studi Bahasa Indonesia.
Lelaki yang lahir di Jakarta, 8 November 1940 ini memperoleh gelar sarjana pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta pada 1969. Kemudian, ia mengikuti post graduate study bidang Linguistik (1979-1977) di Rijksuniversiteit, Leiden, Belanda. Sebelum tinggal di Jl. Taman Malaka Utara IV Blok D8 No 24 Malaka Sari, Duren Sawit Jakarta Timur, ia sempat tinggal di depan mulut Gang Buaya 2 sekitar Kuburan Karet Tengsin.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Abdul Chaer merupakan linguis yang juga berkontribusi besar terhadap bahasa Betawi. Ia sempat menulis empat kamus dan 41 buku yang mengulas tentang bahasa Betawi. Misalnya, Kamus Dialek Jakarta dan Folkor Betawi.
Pensiunan lektor mata kuliah Linguistik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan kategori Pelestari dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019 lalu.
Mendalami Bahasa Betawi
Sejak menyusun kamus Dialek Melayu Jakarta – Bahasa Indonesia pada 1976 lalu, Abdul Chaer mulai mendalami budaya Betawi. Salah satunya dipicu oleh teman sejawatnya dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang memperlihatkan adanya kamus bahasa Betawi- Jerman yang telah dibuat oleh orang Jerman.
Kamus yang ditulis oleh bangsa lain itu tentu saja memacu Abdul Chaer sebagai anak Betawi yang harus menyusun kamus bahasa ibunya. Pada perjalanannya menyusun kamus tersebut, ia menemukan varian yang kaya dari dialek Betawi.
Misalnya, Dialek Betawi di Ciputat yang berbeda jauh dengan dialek Betawi di Tanah Abang dan dialek Betawi di daerah Karet Kubur. Ungkapan “berapah” yang mengacu pada dialek Ciputat, “berapeu” yang mengacu pada dialek Tanah Abang, dan “berape” yang mengacu dialek Karet Kubur. Hadirnya beragam variasi dialek tersebut dalam menyusun kamus dialek Betawi membuat Abdul Chaer memutuskan menggunakan salah satu dialek yakni Karet Kubur.