Senibudayabetawi.com – Seiring perkembangan zaman dan masifnya informasi maka budaya luar pun berterima di Indonesia. Beruntung, keberadaan kesenian tradisional, termasuk seni Betawi masih eksis hingga saat ini karena diwadahi dalam sanggar. Salah satunya yaitu Sanggar Topeng Betawi Cinta Damai.
Seperti halnya kesenian lenong, topeng Betawi tumbuh dan berkembang dalam masyarakat pinggiran di kota Jakarta. Sanggar Cinta Damai didirikan oleh Amin pada tahun 2000 dan beralamat di Jalan Bina Marga RT 06 RW 02 Kecamatan Cipayung.
Adapun jumlah personel Sanggar Cinta Damai kurang lebih 25 orang yang terdiri atas pemain musik 10 orang, pemain lakon berjumlah 15 orang, dan cadangan berjumlah 5 orang. Di luar jumlah tersebut ada penari yang berjumlah 7 orang, penari ini biasanya diambil dari sanggar lain yang menyediakan personal para penari topeng.
Ketua Sanggar Cinta Damai, Amin menyatakan sanggar bukan sekadar tempat mencari nafkah bagi para seniman topeng Betawi, tapi juga untuk memperpanjang pelestarian seni budaya Betawi. “Melestarikan kesenian Betawi jangan sampai putus karena ini budaya kite,” ujar dia.
Topeng Betawi berasal dari kesenian topeng blantek dengan tokohnya bernama Pak Glemon. Kesenian blantek ini memiliki ciri yang sama dengan kesenian topeng Betawi saat ini namun tidak memiliki irama dan lagu-laguan. Dengan demikian kesenian blantek merupakan sebuah lakon yang tidak diiringi dengan musik dan lagu-laguan.
Kesenian tradisional topeng Betawi pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh yang bernama Ma Kinang dan berkembang sebelum tahun 1945. Jika ingin diakui, tempo dulu kesenian topeng Betawi harus mengiblat pada kesenian topeng Betawi yang diperkenalkan oleh Ma Kinang.
Pertunjukan topeng biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasihat-nasihat tertentu kepada masyarakat. Kritik sosial itu kerap kali dilontarkan melalui ‘guyonan’ yang halus dan lucu, agar tidak dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran.