Senibudayabetawi.com – Makanan bukan sekadar menandakan ciri khas budaya setempat. Akan tetapi mencerminkan sosial budayanya. Tak terkecuali berbagai peringatan atau upacara setiap fase kehidupan masyarakat Betawi diikuti makanan dengan arti dan pemaknaannya sendiri.
Fase siklus kehidupan manusia terdiri atas kehamilan, kelahiran, bayi, kanak-kanak, remaja, perkawinan dan kematian. Pada fase kehidupan masyarakat Betawi kehamilan memiliki upacara khasnya, yakni “nujuh bulanan”, yang dilakukan seiring usia kehamilan mencapai tujuh bulan. Upacara ini bertujuan untuk memperoleh perlindungan diikuti bacaan Al-Quran surah Yusuf dan Maryam. Keluarga yang melakukan upacara ini juga berharap restu-Nya dan perlindungan agar bayi yang akan dilahirkan selamat, sholeh dan berakhlak mulia.
Menariknya, hidangan wajib dalam acara ini adalah rujak yang terdiri dari 7 buah-buahan yang berbeda, yaitu: delima, buah mangga muda, jeruk bali, pepaya setengah matang, bengkuang. Selanjutnya, plum, kentang manis serta sambal rujak yang terdiri dari gula aren, asam jawa, cabai rawit, garam, hingga terasi.
Tak asal buah, 7 buah-buahan tersebut dipilih karena memiliki makna tersendiri. Delima misalnya merupakan salah satu buah yang keberadaannya wajib ada dalam rujak upacara nujuh bulanan sepetti halnya jeruk bali. Buah delima yang matang dan berwarna merah akan membuat bayi yang dilahirkan sangat menarik dan disukai semua orang.
Kelahiran
Fase berikutnya yaitu Kelahiran. Pada fase ini, bayi baru lahir dan masyarakat Betawi melakukan prosesi disebut sebagai “mapas”. Ini adalah upacara yang diadakan ketika ada seorang wanita yang baru saja melahirkan bayinya. Di dalam upacara, ibu yang baru lahir diharuskan mengkonsumsi sayur papasan yang banyak mengandung jenis sayuran untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Fase Bayi. Masa bayi dikatakan sebagai salah satu fase yang paling penting karena selama periode ini seorang individu belajar untuk memahami berbagai hal. Masa bayi dimulai dari lahirnya manusia ke dunia. Sebagai masyarakat yang religius, orang Betawi menjalankan syariat Islam dalam bentuk aqiqah.
Puput Puser. Prosesi puput puser atau “puputan” adalah upacara yang diselenggarakan saat bayi lahir tali pusar lepas (puput). Orang Betawi mengadakan pesta komunal sederhana. Biasanya orang Betawi akan melayani nasi kuning beserta lauk pauk serta ayam sempyok sebagai tambahan.
Aqiqah. Ini merupakan upacara pesta komunal untuk bayi yang baru lahir dengan menyembelih dua kambing untuk anak laki-laki atau kambing untuk anak perempuan. Upacara lain adalah memotong rambut bayi ketika sudah berumur 40 hari. Selain itu, masyarakat Betawi akan mengadakan pengajian dan berbagi Nasi Berkat (paket makan) diisi dengan daging dari kambing yang disembelih akan dimasak menjadi gulai atau sate.
Fase Remaja hingga Dewasa
Fase Remaja. Selama fase ini, bayi telah tumbuh dan telah mencapai usia kanak-kanak. Pada fase ini orang Betawi memiliki dua prosesi, yaitu sunatan atau khitanan (untuk anak laki-laki) dan khatam Al’Quran atau pembacaan seluruh Al-Qur’an. Sunatan. Dalam acara sunatan, masakan yang biasa disajikan adalah nasi kuning khas Betawi yang terbuat dari ketan dan lauk pauknya berupa semur daging, acar kuning, serondeng, bawang goreng, dan emping melinjo.
Khataman. Masyarakat Betawi adalah masyarakat yang religius. Sejak dini, anak-anak Suku Betawi telah diperkenalkan dengan pendidikan agama khususnya dalam bacaan Al Quran. Oleh karena itu tidak mengejutkan bahwa banyak anak yang telah selesai membaca Al Quran. Kebanggaan ini akhirnya membawa mereka untuk menyelenggarakan apa yang disebut “slametan”. Dalam prosesi ini, masakan yang disajikan antara lain nasi kuning atau nasi uduk hingga tumpeng.
Fase Dewasa. Pada fase ini, seseorang dalam masyarakat Betawi telah dianggap telah dewasa baik secara psikologis dan biologis. Oleh karena itu, selama fase ini acara yang diadakan ada hubungannya dengan pernikahan. Tujuh prosesi selama fase dewasa diketahui, yaitu; ngedeleng, ngelamar, bawe tande putus, sebar undangan, ngerudut, akad nikah, kebesaran, negot dan pulang tige ari.