Senibudayabetawi.com – Sudah menjadi rahasia umum bahwa persaudaraan dalam masyarakat Betawi dikenal sangat erat. Begitu rekatnya bahkan tercermin dalam tradisi perkawinan antar saudara dan besan. Tradisi khas Betawi ini biasa disebut dengan prosesi Ngejot.
Ya, prosesi tradisi ini dilakukan saat warga Betawi akan melakukan hajatan dan pihak keluarga mendata keluarga besan yang akan dikirimi bingkisan khusus. Misalnya, berupa nasi dan lauk pauk dalam rantang yang hanya disajikan saat prosesi ini berlangsung.
Adapun besan dalam konteks ini bukan sekadar besan utama yang berhubungan langsung dengan acara tersebut. Akan tetapi besan-besan yang memiliki hubungan lebih jauh dengan pihak shohibul hajat. Mulai dari adik hingga kakak dan keluarga besar lainnya. Mereka biasa menyebut tradisi khas Betawi ini sebagai istilah sistem besan berantai.
Melansir dari Dinas Kebudayaan Jakarta, bingkisan berupa rantang tersebut biasa dinamakan nasi jotan. Adapun isinya berupa bandeng goreng, ayam, daging, dengab bahan lain seperti acar, bihun, hingga serundeng. Banyaknya nasi jotan yang dikirim disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga si besan, bisa satu nampan kexil mauoun bakul besar.
Menariknya, nasi jotan tersebut sekaligus bertujuan untuk mengundang pihak keluarga besan besar yang lain untuk menghadiri acara kondangan. Jika jaraknya cukup jauh untuk menuju ke rumah si pengundang, mereka bisa naik angkot yang disewa, konvoi sepeda motor, serta naik mobil untuk menuju ke tempat kondangan.
Setibanya di tempat hajatan, biasabya puhak besan akan membakar petasan rencenv. Petasan ini dibuat dengan sumbu tiap petasan dan saling terkait membentuk seperti selendang di bagian pangkal. Sedangkab biasanya pada petasan yang lebih besar ukurannya biasa disebut dengan petasan jeguran.
Sementara pihak shohibul hajat yang telah paham bahwa pihak besan tiba maka bersiap-siap menerima kehadiran tamu. Adapun mempelai pengantin wajib turun dari pelaminan menyambut rombongan besan ini. Langkah ini sekaligus sebagai bentuk penghormatan anak pada orang tua atau mertua.