Permainan Tradisional

Congklak, Permainan Tradisional Anak Betawi Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com – Permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang eksistensinya harus dilestarikan. Selain merangsang motorik anak, permainan tradisional juga mampu menumbuhkan nilai-nilai karakter dan kebaikan. Salah satu permainan tradisional yang ada di Betawi yaitu main punggah atau congklak.

Disebut “punggah” karena biji-bijian (buah) congklak dibagi-bagi ke dalam tiap-tiap lubang yang dilewatinya. Biasanya, biji-biji yang dijalankan tersebut akhirnya harus dimasukkan ke dalam “Gedongnya” atau rumah. 

Rumah dalam hal ini yaitu lubang induk yang terletak di kedua ujung. Meskipun sesungguhnya permainan ini mempunyai 2 sebutan nama, tetapi bagi masyarakat Betawi permainan ini lebih lazim disebut sebagai permainan Congklak.

Anak Betawi Main Congklak

Menariknya, bila anak-anak Betawi ingin memainan Congklak secara spontan atau dadakan dan juga tidak memiliki media papan biasanya permainan congkak ini dilakukan di tanah. 

Sementara lubang congkak berbentuk lingkaran bercekung langsung dibuat dengan menggunakan tumit kaki dengan meletakkan ujung kaki (tumit) di tanah. Kemudian diputar hingga membentuk lubang cekung untuk menampung biji congklak atau dengan menumbuk tanah menggunakan batu. 

Melansir dari laman Kemendikbud, terdapat makna filosofi sederhana di balik permainan congklak ini. Adapun tujuh lubang dan masing-masing berisi tujuh biji. Tujuh mengacu pada jumlah hari dalam satu Minggu. Demikian jumlah biji yang ada pada lubang kecil pun sama. Artinya, tiap orang memiliki jatah waktu yang sama dalam seminggu yakni tujuh hari. 

Ketika biji diambil dari satu lubang, ia mengisi lubang yang lain, termasuk lubang induknya. Pelajaran dari fase ini adalah, tiap hari yang kita jalani, akan mempengaruhi hari-hari kita selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain. 

Apa yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa depan kita. Apa yang kita lakukan hari ini bisa jadi sangat bermakna pula bagi orang lain. Biji diambil, kemudian diambil lagi, juga berarti bahwa hidup itu harus memberi dan menerima. Tidak bisa mengambil terus. Kita juga harus mempunyai “simpanan tabungan”, yaitu biji yang berada di lubang induk.

Permainan Congklak di Indonesia

Congklak adalah salah satu warisan budaya yang sudah sangat kuno. Permainan tradisional ini dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan ”Permainan Tradisional Congklak “, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.

Permainan tradisional congklak di Indonesia sendiri mempunyai banyak nama yang berbeda dari setiap daerah. Di beberapa tempat tetap menyebutnya dengan Congklak. Namun ada pula beberapa tempat yang menyebut dengan Congkak, seperti halnya di daerah Sumatera.

Di daerah Jawa permainan tradisional congklak lebih dikenal dengan nama Dakon. Beberapa tempat menyebutnya dengan Dhakon, dan ada pula yang menyebut dengan istilah Dhakonan. Sedangkan istilah lain yang populer di kawasan Sulawesi adalah Maggaleceng.

Ada pula yang menyebut dengan istilah Nogarata, atau Makaotan, dan ada pula yang mennyebut dengan Aggalacang. Permainan ini di Malaysia juga dikenal dengan nama congkak, sedangkan dalam bahasa Inggris permainan ini disebut Mancala.

Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.