Menyibak Sakralnya Tradisi Bersholawat Nabi Masyarakat Betawi

Maulid Nabi Muhammad Tak Ada Matinya di Betawi

Senibudayabetawi.com – Kendati tak ada data pasti kapan awal kali pertama peringatan maulid nabi Muhammad SAW digelar di Betawi, tapi peringatan kelahiran nabi besar umat Islam ini ditunggu-tunggu dan disemarakkan dengan penuh suka cita. Bagaimana tidak, masyarakat Betawi memperingati hari Maulid Nabi hampir di setiap bulan sepanjang tahun.

Ya, peringatan maulid nabi memang sudah ada sejak dakwah Islam masuk ke tanah Betawi dan digaungkan oleh para penerus dakwah Wali Songo. Peringatan maulid nabi Muhammad penting sebagai bagian dari dakwah Islam selain peringatan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. 

Menariknya, bagi sebagian besar masyarakat Betawi, peringatan maulid nabi buakn sekadar ritual keagamaan. Akan tetapi telah menjadi produk budaya yang harus disemarakkan setiap waktu. Ini tak lain menilik latar sejarah perjalanan maulid nabi di Betawi. Tak heran jika maulid nabi yang jatuh pada bulan Oktober lalu, tapi masih juga dirayakan pada bulan Desember 2022. 

Sejarah Maulid Nabi di Betawi

Ada sejarah perjalanan peringatan Maulid Nabi Muhammad di Betawi. Ini tak lain karena Betawi tempo dulu banyak dipengaruhi oleh orang-orang Hadramaut. Keberhasilan ekspedisi Fatahilah untuk menaklukkan Bandar Sunda Kelapa, tepatnya pada 22 Juni 1527 patut diapresiasi. Ia berhasil melawan dan mengusir orang Portugis serta mengembangkan agama Islam di Sunda Kelapa sebelum menggantinya dengan Jayakarta.

Jayakarta di bawah kepemimpinan Fatahillah banyak membawa perubahan besar terhadap perkembangan Islam di Betawi. Ini terlihat dari banyaknya masjid-masjid tertua seperti di wilayah Angke, Marunda, Kampung Banda Tambora hingga Kebon Jeruk.

Kondisi berubah ketika J.P. Coen akhirnya menakhlukkan Jayakarta sehingga menyebabkan orang-orang Islam mundur ke pedalaman. Inilah yang menyebabkan pula agama Islam berkembang ke luar tembok kota dan masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam.

Pada akhir abad ke-18, para perantau dari Hadramaut (hadral maut) memberi angin segar khususnya bagi perkembangan dakwah Islam di tanah Jakarta. Mereka yang awalnya datang untuk berniaga, tapi akhirnya juga terlibat pada aktivitas dakwah. Beberapa tokoh yang terkenal yaitu Sayid Alaydrus yang merupakan pendiri masjid Luar Batang. Mereka bahkan menikah dengan orang Betawi, yang kemudian disebut orang Melayu.

Maulid Nabi di Betawi

Menukil Profil Orang Betawi karangan Ridwan Saidi, pada saat itu mayoritas ulama Betawi berpaham Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Ahlu Sunnah Wal Jammah merupakan madzhab yang dalam membahas ajaran Islam berpegang pada sunnah (hadist-hadist shahih) dan memiliki pengikut terbanyak.

Pada perkembangan sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Betawi saat itu mulai membacakan riwayat Nabi Muhammad SAW guna menarik perhatian masyarkat untuk masuk Islam. Inilah awal mula peringatan Maulid Nabi kemudian dirayakan.

Peringatan Maulid Nabi merupakan tradisi terpenting pada masyarakat Betawi. Pada upacara Maulid, ulama dan ahli agama di berbagai daerah di Indonesia menceritakan tahap-tahapan dan riwayat Nabi Muhammad SAW, membaca kisah dalam karya Ja’far al-Banzanji, serta sifat yang patut diteladani dari Nabi Muhammad.

Di Jakarta, Maulid diadakan secara resmi di Masjid Istiqlal yang dihadiri oleh Presiden RI serta para pejabat tinggi lainnya. Masyarakat Betawi di Jakarta merayakan Maulid Nabi dengan sangat meriah di masjid, dan rumah-rumah. Mereka mendengungkan syair-syair Syeikh Ja’far Al-Barjanzi dan memuji junjungan Nabi Muhammad SAW. Beragam variasi seperti tambahan alunan rebana ketimpring, dan makan-makan bersama turut dilakukan sebagai upaya mempererat tali silaturahmi.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.