Senibudayabetawi.com – Sejak kolonialisme Belanda, Gambir telah menjadi Weltevreden jantung kota Jakarta. Bagaimana tidak, jejak bangunan tua masih sangat terlihat, mulai dari Willemkerk atau Gereja Immanuel, Gereja Katedral, Indische Woohuis (Galeri Nasional, Volksraad (Gedung Pancasila) hingga Pasar Gambir, ruang publik untuk semua kalangan.
Perkembangan kapitalisme sejak akhir abad ke-18 menjadikan kawasan ini bukan saja sebagai ruang upacara formal kenegaraan, parade militer, maupun ruang publik. Akan tetapi, juga menjadi daerah komersial dengan keberadaan kafe, restoran, tempat perbelanjaan, galeri seni di kalangan borjuis.
Pasar Gambir, misalnya yang merupakan gelaran pasar malam terbesar di Hindia Belanda pada masa kolonial. Pada 1936 diperkirakan sekitar 310.000 orang datang mengunjungi pasar ini. Bahkan dalam salah satu hari pergelaran diperkirakan total pengunjungnya mencapai 61.000 orang.
Melansir Perkembangan Budaya Kosmopolitan di Batavia, pasar malam ini diselenggarakan mulai pada 31 Agustus setiap tahunnya bersamaan dengan hari penobatan Ratu Wilhelmina. Pasar malam ini ditata sedemikian rupa dengan paviliun-paviliun megah yang menggambarkan budaya berbagai bangsa di tanah Hindia.
Pasar ini juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat Batavia. Pada awalnya, keberadaan Pasar Gambir ditujukan untuk menjual berbagai produk industri Hindia Belanda sekaligus memamerkan berbagai teknologi yang berkembang ketika itu.
Konsep tata ruang dan penempatan aneka venue di Pasar Gambir diatur agar tempat ini menjadi arena pertemuan berbagai kelompok lintas etnis dan budaya dari seluruh Batavia.
Pasar Gambir, Ruang Publik untuk Semua Kalangan
Sejak awal keberadaan Pasar Gambir ditujukan untuk menciptakan sebuah ruang publik. Di dalamnya, semua kelas sosial dalam masyarakat Batavia dapat saling berbaur dan berinteraksi. Selain terdapat berbagai venue pameran, mereka dapat ke taman, museum, restoran, dan panggung hiburan yang menawarkan berbagai atraksi.
Pameran-pameran yang digelar pada pergelaran Pasar Gambir juga menjadi ruang pamer bagi berbagai produk budaya lokal. Berbagai hasil seni dan budaya masyarakat lokal bumiputra dipamerkan dan kepada para pengunjung yang berasal dari berbagai latar belakang budaya.
Demikian pula dengan pertunjukan berbagai kesenian dan pertunjukan budaya Hindia Belanda juga menjadi tontonan yang menarik perhatian pengunjung. Pentas seni budaya bumiputra ini menjadi pertunjukan harian dan selalu menarik banyak penonton.
Hari terakhir penutupan Pasar Gambir adalah momen yang begitu ditunggu. Pasalnya, saat itu pertunjukan kembang api yang megah akan ditampilkan kepada publik di Batavia. Pada saat inilah semua masyarakat Batavia akan berkumpul tanpa memandang latar belakang sosial mereka.