Delman di Betawi

Eksistensi Delman di Betawi

Senibudayabetawi.com– Sebagai kota metropolitan, perkembangan transportasi di Jakarta sangat pesat. Mulai dari kendaraan umumnya maupun kendaraan pribadi. Misalnya, ojek online, bemo, transjakarta, commuterline, MRT hingga LRT. Bahkan baru-baru ini pemerintah menggaungkan kendaraan listrik pengganti kendaraan berbahan bakar minyak. Nah, bagaimana dengan delman di Betawi pada tempo dulu hingga saat ini?

Kendati sangat pesat, tentu rekam jejak transportasi di Betawi tempo dulu seperti delman, bus tingkat, hingga trem masih lekat dalam ingatan. Kali ini, kita akan membahas tentang salah satu moda transportasi di Betawi tempo dulu, yakni delman. 

Delman merupakan salah satu transportasi tradisional yang memanfaatkan tenaga kuda. Meski sudah jarang ditemukan, tapi kereta yang biasa ditarik dua kuda ini masih ada. Dalam berbagai acara-acara Betawi, seperti sunatan hingga perkawinan. Kadang, mereka diarak menggunakan kendaraan delman ini.

Muasal nama delman berasal dari nama penemunya,  Ir Charles Theodore Deeleman, yang merupakan insinyur dan juga ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir Batavia (Jakarta sekarang). 

Kendaraan delman ini biasa dikendarai kusir yang duduk di bagian depan untuk mengendalikan jalannya kuda. Sementara penumpangnya duduk berhadapan di bagian belakang kusir. 

Melansir setubakbakan.com, konon pabrik karoseri Delman disebut Wagenmakerij yang juga melayani pembuatan dan pemasangan tapal kuda. Tempat ini juga menjadi bengkel Delman. Mulanya, Delman menggunakan ban besi. Namun setelah jalanan diaspal, ban kuda berganti dengan karet.

Tempo dulu, delman juga digunakan sebagai media promosi film. Poster-poster banyak dipajang di delman seperti halnya saat ini banyak poster film dipasang di truk. Guna menarik perhatian massa, pengumuman jadwal pemutaran film diiringi tabuhan genderang dan tambur bertalu-talu, ditambah bunyi bel yang nyaring.

Delman dan Pasar Rumput

Ada hubungan yang menarik antara kawasan Pasar Rumput yang terletak di Jalan Sultan Agung, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan dengan delman. 

Pasar yang berdekatan dengan kawasan Manggarai ini tempo dulu merupakan tempat perdagangan khusus rumput makan kuda, sesuai namanya. 

Pada masa kolonial Belanda hingga era 1950-an, kuda menjadi alat transportasi populer. Delman yang digunakan pun bervarian, ada yang untuk pribadi dan angkutan umum. Puncaknya, bisnis rumput dan delman ini yaitu pada era 1950-an. 

Perlahan tapi pasti, pada tahun 1970-an, kejayaan pasar ini terus meluntur karena peralihan moda transportasi. Akibatnya, para pedangan rumput mulai hilang satu persatu dan beralih menjadi pedagang lain agar bisa tetap melanjutkan hidup.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.