Senibudayabetawi.com – Kita mengenal kawasan Glodok, Mangga Besar, Kali Besar yang dihuni banyak orang China atau kawasan pecinan. Ternyata keberadaan etnis Tionghoa bukanlah hal baru mengingat Batavia menjadi pusat perdagangan global, termasuk Tionghoa. Eksistensi mereka di kawasan tersebut tak jauh dari rekam jejaknya di wilayah Distrik Batavia.
Sejak 1908 Gemeente Batavia dibagi menjadi dua distrik yakni Batavia dan Weltevreden. Keberadaan kaum Tionghoa semakin jelas karena mereka berada di distrik Batavia. Kawasan ini merupakan kawasan kota lama yang berada di sekitar stadhuis atau balai kota Batavia. Selain Glodok, Mangga Besar dan Kali Besar, mereka menghuni Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan dan Gunung Sahari.
Melansir Perkembangan Budaya Kosmopolitan di Batavia 1905-1942 oleh Andika Ariwibowo (2019), sejak pemerintahan VOC, kawasan ini merupakan wilayah komersial dari bisnis pelelangan ikan hingga pelayaran. Bahkan, kawasan kota lama Batavia ini merupakan “tulang punggung ekonomi Batavia”. Firma-firma kelas menengah bumiputra maupun etnis Asia lainnya dari berbagai kawasan banyak yang membuka cabang di kawasan ini.
Penulis Belanda, Agusta de Wit dalam catatan perjalanannya melukiskan kawasan pecinan di Batavia. Wilayah ini seperti layaknya pasar karena dipenuhi oleh berbagai jenis pedagang yang menjual bermacam kebutuhan. Mulai dari obat-obatan, kebutuhan persembahan di klenteng, hingga opium.
Orang-orang Tionghoa dikenal sebagai pedagang yang luar biasa dan totalitas. Segala upaya dilakukan oleh mereka untuk dapat sukses dan berhasil di Hindia. De Wit mengambil satu contoh menarik dari seorang pengusaha Tionghoa yang memulai usahanya sebagai kuli di Pelabuhan Tanjung Priok yang tak lama kemudian menjadi pedagang kelontong keliling yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga. Pada akhirnya, ia menjadi seorang pengusaha yang mampu menyekolahkan anaknya hingga ke Belanda.
Kawasan Pasar Glodok Sentra Tionghoa
Kawasan Pasar Glodok dikenal sebagai sentra aktivitas masyarakat Tionghoa di seputaran pecinan. Pada perayaan Imlek hingga Cap Go Meh setiap tahunnya diadakan pasar malam. Para pengunjung terdiri atas berbagai etnis dan latar belakang berdatangan turut menyaksikan dan merayakannya.
Pada pasar malam ini berbagai produk khas Tionghoa diperjualbelikan. Mulai dari kuliner khas masyarakat Tionghoa, berbagai jenis permainan dan pameran produk-produk industri, khususnya industri rumahan seperti pakaian, barang-barang kebutuhan rumah tangga.
Anak-anak pun juga tak kalah terhibur dengan berbagai jenis permainan komidi putar atau bersama orang tuanya turut menyaksikan pertandingan tinju. Berbagai etnis di Batavia ketika itu seakan tumpah ruah dalam pasar malam tersebut dan tak jarang saling berinteraksi.
Sementara, kalangan kelas menengah Tionghoa Batavia juga turut hadir dalam pasar malam ini. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu untuk makan malam di restoran ataupun sekedar minum di kafe atau bar sekitar pasar malam. Wanita-wanita Tionghoa dari kelompok kelas menengah juga kerap menjadi perhatian publik. Paras yang rupawan dan penampilan yang memesona menjadi daya tarik bagi para pengunjung.