Senibudayabetawi.com – Tiga tahun pandemi COVID-19 yang masih juga berlangsung hingga saat ini menjadi refleksi tersendiri. Khususnya terkait dengan wabah yang ada di Indonesia. Di Batavia sendiri, wabah juga bukanlah hal baru karena telah ada sejak masa kolonial Belanda. Setidaknya terdapat tiga jenis wabah di Batavia, yaitu cacar, malaria dan kolera.
1.Cacar
Cacar merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus variola. Pada 1644, cacar menjadi salah satu wabah yang paling pertama tercatat ada di Batavia, kemudian penyakit tersebut menyebar ke seantero Jawa, bahkan Hindia Belanda.
Hingga akhir abad 18 pun cacar masih dianggap sebagai penyakit yang mematikan, karena keterbatasan pengetahuan dan tenaga medis yang ada pada saat itu.
Langkah penanganan penyakit ini dilakukan VOC dan pemerintah kolonial melalui metode variolasi sebelum akhirnya vaksin ditemukan. Vaksin cacar ditemukan pada akhir abad ke 18 dan digunakan di Batavia pada awal abad ke 19, yakni pada tahun 1804.
2.Malaria
Wabah kedua yaitu malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit Plasmodium kepada seseorang yang tergigit olehnya.
Malaria tercatat di Batavia sejak tahun 1733. Orang-orang Belanda sebelumnya tak mengetahui kondisi alam Batavia yang tropis. Imbasnya, banyak dari mereka yang terjangkit penyakit ini. Bahkan dipercayai bahwa malaria menjadi salah satu penyebab runtuhnya VOC.
Salah satu faktor utama terjadinya wabah tersebut adalah kebiasaan buruk masyarakat yang abai terhadap sanitasi. Saat itu, kebanyakan rumah di Batavia tidak memiliki kakus atau kamar mandi, sehingga limbah domestik mereka dibuang ke kanal begitu saja.
Penanganan wabah saat itu dipelopori oleh Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem van Imhoff yang memindahkan pusat pemerintahan dan permukiman ke daerah selatan.
3.Penyakit Kolera
Penyakit infeksi usus ini disebut juga sebagai muntaber (muntah dan berak) dan disebabkan bakteri Vibrio Cholerae yang menyebar pada 1821. Saat itu sebanyak 778 orang meninggal akibat penyakit ini. Kemudian, menjadi wabah kembali pada periode 1851-1853, 1860-an, dan 1909-1913.
Kolera muncul di musim kemarau. Penyebabnya yaitu pendangkalan air sungai, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan menjaga kebersihan diri.
Guna menangani wabah kolera saat ini, pemerintah kolonial Belanda menerapkan berbagai kebijakan, diantaranya:mendirikan beberapa instansi kesehatan, seperti rumah sakit dan jawatan kesehatan sipil. Selanjutnya memperbaiki kondisi sanitasi yang ada di permukiman penduduk dan melaksanakan vaksinasi yang dibantu oleh para Dokter Jawa