Senibudayabetawi.com – Orang Tionghoa sudah lama berada di Jakarta. Saat kolonialisme Belanda pun pertama kali menginjakkan kakinya di bumi Jayakarta pun, masyarakat Tionghoa bermukim di Sungai Ciliwung. Ini sekaligus menunjukkan bahwa etnis Tionghoa mampu berhubungan baik dengan masyarakat Betawi.
Orang-orang Tionghoa yang datang ke Jawa umumnya berasal dari provinsi Hokkian bagian Selatan. Tak ayal jika budaya Hokkian Selatan inilah yang paling banyak pengaruhnya terhadap kebudayaan Betawi.
Menurut Raden Aryo Sastrodarmo, seorang pelancong Surakarta di Batavia pada tahun 1865, dalam Kawontenan ing Nagari Betawi, seperti dikutip Ridwan Saidi dalam Profil Orang Betawi: Asal Muasal. Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, adat istiadat Betawi mirip adat istiadat Tionghoa.
Hal ini dapat dilihat dari cara mereka duduk dan bercakap-cakap sama dengan orang Tionghoa yaitu duduk di kursi. Selain itu juga jika makan memakai meja, tidak bersila di atas tikar yang terhampar di tanah. Orang Betawi juga belajar silat dari orang Tionghoa dan tidak memiliki rasa takut disebabkan pengaruh orang Tionghoa.
Tahun Baru Imlek
Tak hanya itu, pengaruh kental juga tercermin dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Ini terbukti dengan munculnya sebutan Lebaran China dari orang Betawi untuk Imlek. Orang Betawi menganggap Imlek sudah jadi bagian dari budaya mereka juga.
Masyarakat Betawi tak hanya ikut merayakan perayaan Imlek. Namun, sejak pertengahan abad 19, orang Betawi juga ikut mencari dan makan makanan khas Perayaan Imlek. Dalam Perayaan Imlek, makanan yang harus ada adalah ikan bandeng. Ikan bandeng dimasak pindang merupakan simbol bahwa hidup harus hemat.
Perayaan Imlek sendiri di Cina tidak menggunakan ikan bandeng. Ikan bandeng murni suatu bentuk akulturasi antara dua kebudayaan. Dalam perayaan Imlek ini pun sering diwarnai dengan petasan dan kembang api.
Tradisi petasan dan kembang api bermula dari Cina sampai sekarang masyarakat Betawi juga menggunakan petasan dalam setiap perayaan misalnya upacara pernikahan.