Senibudayabetawi.com – Tari Nandak Ganjen merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh Entong Sukirman. Namun, tahukah kalian jika tari Nandak Ganjen memiliki kelekatan dengan upacara Sedekah Bumi yang ada di Gereja Katolik St. Servatius Kampung Sawah. Lalu bagaimana makna tari Nandak Ganjen dalam sedekah bumi?
Tercipta tahun 2996 tari Nandak Ganjen yang merupakan pengembangan dari tari Topeng Betawi dan tari Cokek ini akrab dalam masyarakat Kampung Sawah. Kata “nandak” berarti menari dan “ganjen” yaitu centil atau genit. Arti dari tarian ini yakni menceritakan tentang seorang anak remaja yang tengah beranjak dewasa.
Entong Sukirman juga merupakan pengelola grup musik Gambang Kromong Ratna Sari yang terletak di daerah Ciracas, Pasar Rebo. Awal penciptaan tari Nandak Ganjen sebenarnya adalah untuk memenuhi permintaan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1996 untuk menyelenggarakan acara Apresiasi Seni Pertunjukan.
Tari Nandak Ganjen yang merupakan turunan dari tari Cokek dan tari Topeng Betawi membawa sisi komedi dari pertunjukan Topeng Betawi. Tarian bergaya jenaka ini tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi populer di kalangan anak-anak hingga mahasiswa.
Melansir Fungsi Tari Nandak Ganjen Pada Pasca Upacara Sedekah Bumi Di Gereja Katolik St. Servatius Kampung Sawah, Kelurahan Jatimurni Bekasi (2023) karya Regina, dkk, upacara sedekah bumi memiliki arti mendalam. Upacara sedekah bumi merupakan bagian dari bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Kehadiran tari di alamnya memiliki maksud sebagai sarana pelestarian kesenian dan budaya dalam tari Betawi .
Sedekah Bumi di Gereja St. Servatius Kampung Sawah
Sedekah bumi sudah dilaksanakan masyarakat Gereja St. Servatius Kampung Sawah sejak zaman dahulu dan dilestarikan turun temurun. Peristiwa ini terinspirasi oleh upacara Bebaritan atau Baritan yang pada zaman silam dilakukan di perempatan jalan dan di bawah pohon besar.
Masyarakat mengikuti upacara ini setiap tahun dengan membawa sesajen berupa makanan, lauk-pauk, seperti urap dan ayam. Tak ketinggalan juga lisong, sejenis rokok yang diberikan kepada roh halus. Upacara yang biasa dipimpin oleh para tetua ini bertujuan agar para roh halus tidak mengganggu penduduk, malah kalau dapat melancarkan rezeki.
Selanjutnya Gereja katolik St. Servatius menekankan agar pemaknaan sedekah bumi merujuk pada ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil bumi yang melimpah. Kata “Sedekah Bumi” mengandung arti memberikan atau sedekah kepada bumi. Dengan kata lain, balas budi atau ungkapan terima kasih kepada mereka yang telah memberi rezeki yakni Tuhan Yang Maha Pemurah.
Simbol Tari Nandak Ganjen dalam Sedekah Bumi
Simbol tari Nandak Ganjen dalam pasca upacara sedekah bumi. Sebab, memberikan bentuk ekspresi tarian nuansa sukacita sehingga dapat memeriahkan Sedekah Bumi. Tari Nandak Ganjen sendiri menceritakan tentang seorang gadis belia yang baru beranjak dewasa.
Keberadaan tari Nandak Ganjen pada pasca upacara sedekah bumi memiliki simbol – simbol yang diharapkan oleh masyarakat pendukungnya. Simbol – simbol tersebut dapat dilihat dari tema tari Nandak Ganjen. Adapun tarian ini bertema pergaulan yang dapat memberikan kegembiraan, keceriaan, dan kepuasan tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya.
Tema tari Nandak Ganjen memberikan simbol sebagai isi budaya upacara Sedekah Bumi yaitu suka cita penuh rasa syukur . Ini ditunjukkan melalui rasa gembira orang – orang yang mengikuti upacara tersebut.