Senibudayabetawi.com – Sejarah tanah Betawi kental akan dinamika seiring silih berganti banyaknya suku dan bangsa mancanegara ke daerah ini. Hal ini meninggalkan jejak yang khas dengan pengaruh yang berbeda, termasuk arsitektur rumah Betawi.
Dari sekian banyak pengaruh dari dalam dan luar daerah Indonesia terhadap ragam arsitektur rumah Betawi, yang paling dominan adalah Jawa, Sunda, Arab, dan Cina. Arsitektur bangunan dikatakan etnik apabila penciptaan struktur dan konstruksi, pengaturan tata letak ruang. Demikian pula dengan arsitektur di Betawi.
Berdasarkan sejarahnya, pembangunan rumah Betawi yang khas sebenarnya tampak saat pemerintah kolonial Belanda membangun kota Batavia dengan mencontoh model kota-kota di Belanda. Sejak saat itu, pemerintah kolonial memberlakukan peraturan penduduk pribumi hanya diperkenankan membangun rumah-rumah di daerah pedalaman atau pesisir.
Pengaruh Belanda
Letak rumah pribumi tersebut berjauhan dengan rumah-rumah penjajah di pusat kota yang pembangunannya merupakan hak pemerintah kolonial Belanda. Perbedaan perlakuan tersebut membuat daerah teritorial, corak, dan kekhasan bangunan rumah menjadi semakin berbeda.
Hal itu memperkuat perbedaan yang sudah ada sebelumnya, baik antara daerah pedalaman pusat kota, pesisir, dan pinggiran kota. Penduduk di kawasan pesisir membangun rumahnya dengan bentuk rumah panggung untuk menghindari gempuran ombak.
Berbeda dengan penduduk di pedalaman yang membangun pemukiman dengan mengandaikan fungsi halaman sebagai lahan perkebunan.
Pengaruh Budaya Cina
Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, orang Cina merupakan satu dari sekian banyak kelompok etnik yang datang dan bermukim di Batavia. Pada umumnya mereka datang karena tanah leluhurnya saat itu sedang mengalami kekacauan politik atau bencana alam. Terutama di abad ke-16 dan ke-17.
Pengaruh arsitektur Cina terhadap rumah Betawi juga terlihat pada bagian depan rumah yang disebut langkan (ankan dalam bahasa Cina). Langkan adalah pembatas teras yang terbuat dari kayu dan menyerupai pagar, tetapi berada di atas teras. Langkan artinya duduk karena memang langkan ini bisa digunakan untuk duduk-duduk.
Pengaruh arsitektur Arab juga terlihat pada desain jendela yang berbentuk menyerupai kubah masjid di bagian atasnya. Jendela terkadang juga dihiasi oleh ornamen kaligrafi atau hiasan pada tiang.
Penggunaan tiang di teras depan yang biasanya berjumlah dua buah juga merupakan pengaruh dari arsitektur Arab, karena bermakna “berpasang-pasangan”.