Es Cendol Selendang Mayang, “Pemadam Haus” di Siang Hari 

Es Cendol Selendang Mayang, “Pemadam Haus” di Siang Hari 

Senibudayabetawi.com – Siapa yang tak kenal dengan minuman khas Betawi bernama es selendang mayang. Warnanya yang warna warni bercampur dengan gula manis dan santan kental sangat menggoda. Terlebih jika dicampur dengan es batu. Namun, minuman tradisional ini semakin segar saat dicampur dengan cendol. Jadilah es cendol selendang mayang.

Salah satu penjual minuman es cendol selendang mayang yaitu Bang Achmad Sobri. Dengan menggunakan gerobak dorong, ia biasa menjajakan es cendol selendang mayang di pertigaan Cidodol, Kebayoran Lama. 

Kalian pecinta es cendol kini bisa menikmatinya sekaligus dengan selendang mayang. Cukup Rp 5ribu saja kalian bisa menikmati es yang enak ini. 

Ahmad mengaku telah 10 tahun menjual es yang disukai banyak orang ini. Awalnya, ia biasa menjajakan es cendol, tapi semakin banyak orang yang menanyakan selendang mayang maka muncullah ide menjual es cendol selendang mayang ini. 

“Mungkin karena banyak yang merindukan es selendang mayang karena semakin langka,” kata dia kepada Senibudayabetawi.com, Jumat (17/2).

Selendang mayang kerap kali hadir dalam berbagai acara atau momen masyarakat Betawi. Misalnya, saat Lebaran Betawi tiba maka minuman ini tak pernah absen dihidangkan di meja. 

Penampakan es selendang mayang sangat menggoda, seperti puding warna warni diikuti dengan manisnya sirup dan gurihnya kuah santan. Ditambah lagi dengan es batu sehingga menghasilkan perpaduan yang mantap.

Latar belakang ia berjualan selendang mayang tak sekadar demi mencukupi kebutuhan, tapi untuk melestarikan kuliner Betawi yang sudah banyak dilupakan itu. “Terlebih saat ini banyak minuman kekinian yang lebih menarik, tentu mengancam keberlanjutan kuliner tradisional seperti es selendang mayang ini,” ujar dia kepada senibudayabetawi.com baru-baru ini.

Sejarah Selendang Mayang

Nama dari kudapan legendaris ini tak lepas dari cerita rakyat si Jampang Mayang Sari. Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra menyebut, nama mayang dimaknai dengan sesuatu yang indah dan cantik.

Khusus untuk nama selendang mayang sendiri berasal dari gabungan kata ‘selendang’ dan ‘mayang’. Selendang mengacu pada karena setiap lapisan pudingnya memiliki warna merah, hijau dan putih seperti selendang penari. Sementara mayang mengacu karena memiliki makna yang kenyal dan manis. 

Pengolahan selendang mayang ternyata sudah ada diperkirakan tahun 1940-an dan dari nenek moyang kita. 

Dilansir dari laman Warisan Budaya TakBenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), warna-warna tersebut merupakan warna khas dari masyarakat Betawi— dari beragam warna kebudayaan Negara lain.

Misalnya warna merah yang berhubungan dengan Tiongkok, warna kuning yang merupakan warna khas Melayu, dan hijau yang kerap diidentifikasi Arab.

Selain digunakan sebagai sajian pesta pernikahan, selendang mayang juga biasa dijadikan menu takjil dan sajian santai yang melambangkan kehangatan dan kemeriahan. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.