Jande mude romannye udeh tue
Lagak lagunye kaya perawan aje
Jande same sebentar kampung sini
Tapi sayangnye kagak ade yang jadi
Begitulah lantunan lagu Nangke Lande cipataan Almarhum Benyamin Sueb yang dibawakan oleh dua personel Sueb Band di sela-sela wawancara. Dengan logat Betawi yang kental, dua lelaki berpeci dan bersyal batik ini menjelaskan bahwa meski mereka berdua bukan vokalis band, tapi mereka bisa memang sangat mencintai lagu-lagu Almarhum Benyamin. Senada dengan visi personel yang tergabung dalam Sueb Band ini, yakni “membangkitkan” kembali Benyamin Sueb dalam seni budaya Betawi.
Rupanya, Sueb Band bukan pemain baru dalam blantika band Betawi yang ada. Bermula dari seringnya pentas peringatan Kemerdekaan RI 17 Agustus dan merasa diterima masyarakat, akhirnya didirikanlah Sueb Band, tepatnya pada 28 Juli 2003. Nama Sueb Band sendiri terlihat jelas terinspirasi dari nama akhir Legend Betawi itu.
Adapun personel Sueb Band terdiri dari Faisal (Joe) sebagai vokalis, Iis sebagai vokalis, Rahman (Bedoel) sebagai gitaris, Aris (Kere) sebagai rhythm, Agus (Acong) sebagai pemain bass, Muslih (Daboy) sebagai pemain keyboard, serta Hasan (Acenk) sebagai drummer.
Perjalanan membangun nama besar Sueb Band diakui Drummer Sueb Band, Bang Acenk memang tak mudah. Apapun—termasuk rela pentas hanya dibayar secangkir kopi pernah mereka lalui. “Waktu itu di awal-awal band ini ada, yaitu 2003. Kita yang penting pentas aja, punya nama meski pernah juga kita yang malah keluar uang, bukan menghasilkan uang,:” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Selasa (19/1).
Beruntung, penampilan Sueb Band lagi-lagi diterima dengan mudah oleh banyak kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Hal itu tak lain karena band yang berlokasi di Meruya Selatan, Jakarta Barat ini membawa citra kuat Almarhum Benyamin Sueb saat manggung. Kuncinya, sambung Bang Acenk yaitu pada vokal dan gaya kita.
“Sebab orang pasti akan melihat langsung pada suara dan penampilan vokalisnya dulu. Dan kita memang berusaha agar aura almarhum Benyamin bisa dirasakan oleh semua penonton,” jelas pemilik nama asli Hasan ini.
Baca Juga: Ekspresi Generasi Milenial Betawi dalam Sanggar Teradahan
Ritual Khusus
Tak tertinggal, ritual khusus berupa tawasul yang dikhususkan pada Almarhum Benyamin Sueb, yakni tawasul harus mereka lakoni saat memulai pentas. Adapun tawasul merupakan praktik doa dalam agama Islam di mana seseorang menyertai nama orang-orang saleh atau yang dituju dalam doanya dengan harapan doa itu diterima oleh Allah SWT.
Selain itu, tentu saja para personel band bergaya layaknya Benyamin Sueb. Lengkap dengan jas, peci, serta syal batik—busana khas Betawi mereka siap menghibur penonton.
Jika band Betawi lain membawa lagu-lagu Benyamin Sueb dengan aransemen yang bervariasi maka Sueb Band lebih memilih untuk tak mengubah dari lagu aslinya. Sebab, lagu-lagu Benyamin Sueb sudah kaya akan beragam aliran, mulai dari dangdut, rock, bernuansa religi, hingga bernuansa jenaka. “Jadi memang sudah komplit banget. Kita mengikuti saja,” imbuhnya.
Pemain bass Sueb Band, yakni Bang Acong menyatakan bahwa lagu-lagu Almarhum Benyaim Sueb sekilas terlihat seperti lagu jenaka. Akan tetapi, bila penikmat musik mampu mencermatinya lagi, banyak pesan moral yang bisa dipetik. “Bukan sekadar lirik biasa, tapi bisa digunakan sebagai pelajaran. Misalnya lagu Kompor Meleduk, itu kan intinya kita harus rajin bersih-bersih, terutama got untuk menangkal banjir,” ujarnya.
Selain membawakan lagu-lagu Almarhum Benyamin Sueb, band ini juga telah menelurkan beberapa lagu. Misalnya lagu yang menjadi hits dan pernah menjuarai salah satu lomba pencipta lagu, yakni berjudul Bangun Pagi. Bang Acong sekaligus menyatakan bahwa sebagai seorang seniman harus selalu produktif berkarya agar tetap eksis sekalipun banyak pesaing.
“Saat ini memang sudah banyak band Betawi. Justru hal itu membuat kita bangga banyak yang melestarikan band Betawi. Jadi tidak merasa tersaingi,” pungkasnya. admin
Sukses selalu dan tetap solid “Sueb Band”……amin
Aminnn, semoga Sueb Band bisa eksis terus lestarikan budaya Betawi