Belajar Silat

Belajar Silat di Perguruan Silat Gamblong Kong Sa’adih

Dibanding banyak aliran silat Betawi atau maen pukul lainnya, nama Silat Gamblong terdengar masih asing. Hal ini tak lain karena konon aliran silat ini sempat dihentikan pasca berakhirnya masa penjajahan di Indonesia. Baru setelah itu banyak orang yang belajar Silat Gamblong, asli Meruya Selatan ini lagi. Mereka belajar silat bukan untuk memberantas penjajah Namun, lebih kepada upaya melestarikan Budaya Betawi.

Pendirian Perguruan Silat Gamblong Kong Sa’adih salah satunya. Pimpinan Perguruan Silat Gamblong Kong Sa’adih Adam Maulana menyatakan awal mulai ia mendirikan perguruan itu berawal dari amanah Sang Guru, yakni Kong Sa’adih tepatnya pada tahun 2017.

Baca Juga: Mengekalkan Ngrosul, Tradisi Khas Perguruan Silat Gamblong Sanggar Kembang Jaro

Kemudian pada tahun 2019, ia bersama anggota-anggota perguruan lainnya meresmikannya. “Amanah langsung dari Kong Sa’adih bahwa kalau memang mau mengajar maka ajarin tuh ilmu. Jangan dilebih-lebihkan dan jangan dikurang-kurangi,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Minggu (24/1).

Alhasil, Bang Adam yang telah menggeluti Silat Gamblong sejak mengenyam Pendidikan sekolah dasar (SD) ini mulai mengajarkan 19 jurus yang ia dapat dari Kong Sa’adih. Beberapa jurus diantaranya bernama jurus pentil 1, jurus pentil 2, jurus sembat 1, jurus sembat 2, jurus kotek besi, jurus gentus, jurus cakar cina. “Dari Kong Sa’adih mendapat 19 jurus, ya 19 itu yang diajarkan,” imbuhnya.

Belajar Bertahap

Tak hanya itu, Silat Gamblong juga memiliki gerakan kaki yang khas, yakni berupa kuda-kuda yang dipasang sangat rendah—sejajar dengan paha. Seperti halnya siku pada bangku. Sebagai parameter, orang Betawi jaman terdahulu sering kali menyebut, “Maen di kolong bale pun bisa”.

Hal ini juga tak lepas dari beberapa gerakan dalam silat ini yang memang harus dimainkan rendah. “Jadi semakin rendah maka kuda-kudanya semakin kuat. Karena kita maenanya juga ada yang di bawah,” jelasnya.

Selain mengandalkan kuda-kuda yang rendah, silat ini juga menerapkan ngosek dalam setiap langkah kakinya. Perpaduan antara kuda-kuda yang rendah serta ngosek inilah yang menjadi ciri khas silat ini. Dan, sambung Bang Adam untuk mempelajarinya membutuhkan tahapan. “Jadi tidak bisa instan. Misalnya untuk belajar kuda-kuda rendah itu kalau langsung ya sakit. Maka harus bertahap,” kata dia.

Adapun dalam meluluskan murid-muridnya yang belajar silat, Bang Adam juga tak bisa sendiri meluluskan begitu saja. Pasalnya, ia harus meminta pendapat juga Sang Guru, yakni Kong Sa’adih. Salah satu muridnya yang juga menjabat Ketua Perguruan Kong Sa’adih yakni Bang Hamzah Sofyan misalnya. “Ada dua penilaian kelulusan. Misal dari saya udah lulus, tapi kan belum tentu nanti menurut Kong Sa’adih,” kata Bang Adam.

Keinginan Bang Hamzah dalam belajar Silat Gamblong sangat tinggi. Ia sekaligus menceritakan awal mula keinginannya itu dengan melalui sesepuh-sesepuh di daerah Joglo. Namun, karena beberapa ada yang sudah tidak mengajar, ia lantas berguru kepada Kong Sa’adih. “Masih ada juga sebenarnya guru yang memang sudah sepuh, tapi karena misalnya alasan kesehatan jadi tidak mau mengajar lagi,” ungkapnya.

Terlepas, selain mengembangkan silat, perguruan ini juga mengajarkan marawis dan palang pintu. Sementara kegiatan rutin latihan biasa dilakukan setiap  malam Rabu dan malam Senin. Sedangkan, pengajian rutin biasa dilakukan pada Minggu sore. admin

5 Responses
  1. Dasuki

    Ada tuh di Meruya Selatan Abang nya ema ane namanya Cang Sarmu beliau juga mewarisi silat gamblong dari engkong ane namanya engkong Toyib (alam).

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.