Kue keranjang merupakan salah satu makanan yang paling banyak dicari menjelang perayaan Imlek. Selain disajikan sebagai kudapan, makna kue keranjang digunakan sebagai pelengkap upacara sembahyang etnis Tinghoa di meja abu.
Melansir China Highlights, kue keranjang disebut sebagai Nian Gao. Kue ini biasa digunakan sebagai makanan penutup yang popular saat Tahun Baru Imlek. Selain digunakan sebagai upacara sembahyang, sajian ini juga menjadi makanan Festival Musim Semi dan dipercaya membawa keberuntungan.
Namun, ternyata di balik itu semua tersimpan makna kue keranjang melekatkan Betawi dan Tionghoa. Ya, kue keranjang—dulunya disebut dengan kue China biasa digunakan sebagai hantaran kepada masyarakat Betawi saat Imlek tiba.
Pengamat Budaya Betawi Yahya Andi Saputran menyatakan bahwa kue China sejak dahulu menyimbolkan keakraban orang Betawi dengan etnis Tionghoa. “Jadi memang sudah ada sejak dulu tradisi (mengantar kue China ke masyarakat Betawi). Kita, orang Betawi tidak pernah ada problem rasis dengan mereka,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Kamis (11/2).
Kue keranjang sekilas mirip dengan dodol Betawi. Sehingga banyak orang mengira bahwa panganan ini merupakan produk akulturasi. Namun, Bang Yahya menyatakan bahwa baik dodol Betawi maupun kue keranjang berdiri masing-masing.
“Persamaannya hanya, mereka sama-sama menjadi hidangan perayaan agama masing-masing. Kue keranjang untuk Imlek, dan dodol Betawi untuk Lebaran,” jelasnya.
Terbuat dari tepung ketan, terigu, garam dan gula, kue ini memiliki cita rasa yang manis dan lengket. Di balik lengketnya itulah kue keranjang juga diharapkan mampu melekatkan hubungan Betawi dan etnis Tionghoa. “Dulu kue China ini bentuknya bundar, belum ada tulisan Chinanya seperti itu,” imbuhnya.
Baca Juga: Tahun Baru Imlek, Betawi dan Tinghoa Layaknya Saudara Kandung
Variasi Kue Keranjang
Hal ini juga disepakati oleh salah satu penjual kue keranjang di kawasan Petak Sembilan, yaitu Alim. Ia menyatakan bentuk kue keranjang zaman dahulu sangat sederhana—berbentuk bundar dan dibungkus daun. Berbeda dengan sekarang yang sudah modern dengan berbagai sajian.
“Memang cetakannya pakai keranjang, maka disebut kue keranjang. Kalau dulu hanya bundar dibungkus daun. Tapi sekarang banyak variannya ada yang diwadahi plastik dan dibungkus macam-macam,” kata dia.
Ada berbagai varian harga kue keranjang yang ditawarkan, mulai dari Rp. 45ribu hingga Rp 75ribu bergantung kualitas bahan dan model sajiannya. Ia biasa menerima kue keranjang dari berbagai daerah, mulai dati Tangerang, Medan, hingga Tegal.
Perayaan Imlek di Masa Pandemi
Pada Imlek tahun ini, ia mengaku mengalami penurunan imbas pandemi COVID-19. Tak tanggung-tanggung, hingga 50 persen. “Sekitar 50 persen. Tahun ini lebih sepi daripada tahun sebelumnya,” kata dia.
Tak jauh dari Petak Sembilan, yaitu Vihara Dharma Bhakti, Glodok, Jakarta Barat memastikan tetap menggelar sembahyang untuk memperingati Tahun Baru Imlek 2021 pada Jumat (12/2). Namun, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan pembatasan jumlah umat.
“Tetap kami berlakukan (sembayang), namun dibatasi,” kata Away panitia pelaksana perayaan Imlek Vihara Dharma Bhakti.
Adapun, Vihara Dharma Bhakti akan menampung 50 persen umat yang akan melakukan sembahyang. Itupun dengan durasi kunjungan antara pukul 05.00 hingga 18.00 WIB. admin