Dibanding kuliner Betawi lainnya, Selendang Mayang kini jarang bisa ditemukan. Tak ayal, saat acara pernikahan atau hajatan minuman yang populer sejak zaman Belanda ini ramai diburu. Seperti halnya warna-warni selendang mayang, nama minuman khas Betawi ini muncul karena tiap lapisan terdiri atas beberapa warna.
Laksana selendang penari yang terdiri atas merah, putih dan hijau warna-warni selendang mayang. Sementara ‘mayang’ memiliki arti kenyal dan manis. Perpaduan gurihnya santan dan manisnya gula cair harmonis dengan kenyalnya selendang mayang—minuman yang pas di tengah terik matahari.
Salah satu penjual selendang mayang yang masih eksis hingga saat ini adalah Bang Mamat. Lelaki yang telah menjajakan selendang mayang ini telah bergelut selama 20 tahun lamanya di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
Lengkap dengan alat pikulannya, Bang Mamat mengungkap alasan ia masih konsisten melestarikan kuliner Betawi itu. “Ya kalau bukan kita siapa lag ikan. Sudah sejak muda dulu biasanya gini,” kata dia kepada senibudayabetawi.com, Senin (15/2).
Selain menjajakan selendang mayang di kawasan Kota Tua, Bang Mamat memang biasa menerima pesanan untuk acara hajatan seperti pernikahan hingga pengajian. Namun, tetap saja ia merasa perlu untuk menjajakan agar minuman khas Betawi ini tak punah.
“Sebenarnya kalau dari acara hajatan juga lumayan. Tapi itu kan tidak tentu. Kalau di sini kan, orang pasti tahu dan masih banyak yang cari,” ujar lelaki berusia 59 tahun itu.
Sebelum pandemi COVID-19, ia biasa menjajakan dua hingga tiga loyang dalam sehari. Namun, adanya pandemi ini ia mengaku hanya menjajakan satu loyang. Adapun satu loyang selendang mayang biasanya untuk 150 gelas. “Itupun kalau habis semua. Yang penting tetap bisa jalan aja sih,” imbuhnya.
Eksistensi Selendang Mayang
Selendang mayang sebelumnya pernah dikabarkan menghilang selama puluhan tahun. Baru di tahun 1990-an, minuman khas Betawi ini muncul seiring banyaknya tradisi hajatan yang bernuansa Betawi.
Selain menyegarkan, segelas selendang mayang juga ternyata mengenyangkan. Pasalnya, selendang mayang berbahan dasar sagu aren, pandan suji, air, dan garam yang kemudian dimasak hingga menggumpal.
Dilansir dari laman Warisan Budaya TakBenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), warna-warna tersebut merupakan warna khas dari masyarakat Betawi— dari beragam warna kebudayaan Negara lain.
Misalnya warna merah yang berhubungan dengan Tiongkok, warna kuning yang merupakan warna khas Melayu, dan hijau yang kerap diidentifikasi Arab.
Selain digunakan sebagai sejian pesta pernikahan, selendang mayang juga biasa dijadikan menu takjil dan sajian santai yang melambangkan kehangatan dan kemeriahan. Admin.
Minuman seger, sehat dan mengenyangkan
Betawi punya kuliner
Mantaaappp
[…] Baca Juga : Selayang Pandang Warna-Warni Selendang Mayang […]