Andai gue jadi gubernur, macet banjir bakalan kabur. Andai gue jadi gubernur, gak ada lagi yang kena gusur
Begitulah sepenggal lirik lagu ‘Andai Aku Jadi Gubernur’ yang dibawakan oleh Kojek Rap Betawi siang itu. Lengkap dengan baju sadariah dan kain cukin berwarna merah, pemilik nama lengkap Muhammad Amrullah ini asyik nge-rap dengan logat Betawi kental.
Kenapa harus “mengawinkan” Betawi dengan musik rap? “Karena dengan musik ini, kita bisa menyuarakan wajah asli Betawi. Kritik dan suara kita masuk di dalamnya,” ujarnya.
Sejarah panjang musik hip hop atau rap memang dikenal berisikan kritikan terhadap masalah sosial dan politik yang terjadi di Amerika. Betawi tak kalah ketinggalan, Almarhum Benyamin Sueb sejak dulu telah memelopori genre musik ini di tahun 1970 an.
Dengan memadukan Gambang Kromong, ia membawa spirit musik hiphop di dalamnya. “Kompor Meleduk itu juga kritik kan sebenarnya. Kita juga melakukan hal yang sama,” kata dia ditemui senibudayabetawi.com di Taman Ismail Marzuki, Kamis (4/3).
Lagu ‘Kompor Meleduk’ memang ditulis sebagai bentuk kepedulian dan kritik sosial dari Ben terhadap fenomena yang terjadi di Jakarta. Secara tersirat pula, dalam lagu tersebut berupa ajakannya kepada masyarakat untuk bergotong royong mengatasi masalah tersebut. Sedangkan unsur kepedulian dan kritik sosial pada Kojek Rap Betawi bisa dilihat dari lagu ‘Andai Aku Jadi Gubernur’ dan’Enjoy Jakarta’.
“Tapi kita beda pendekatannya dengan Bang Ben, kita mengemas lebih halus. Misalnya kita pakai kata Nyok, semue ke Jakarte, Kite liat Ibu Kote Bareng same Keluarge, Enjoy Jakarte, meski nanti ada kritiknya juga,” ungkap lelaki yang juga penyiar radio di hot932fm ini.
Baca Juga: Merawat Benyamin Sueb melalui Kepingan Piringan Hitam
Kendati demikian, Kojek justru tak ingin disama-samakan dengan legend Benyamin Sueb. Bukan tak ingin karena negatif, sambungnya tapi lebih merasa tidak pantas dan beda jauh. Bagaimanapun, lagu-lagu Benyamin Sueb menjadi inspirasinya sebagai anak Betawi asli.
Anak Betawi Asli
Sebagai anak Betawi kelahiran Sunter, Jakarta Utara Kojek mengaku menikmati indahnya hidup di kampung yang membesarkannya. Tak ayal, nilai-nilai kebetawian yang lekat dengan sopan santun, beradab tetap ia bawa hingga ia menjadi rapper. Bahkan orangtuanya yang sebelumnya sempat tak mengizinkan pilihannya itu akhirnya luluh juga.
“Sebelumnya orangtua ingin Kojek jadi PNS kan. Tapi akhirnya kita buktikan dengan karya. Dan tetap, Kojek nget pesen Babe, boleh nge-rap asal jangan lupa sama Betawi,” kata lelaki yang juga aktif nge-MC ini.
Lelaki yang mendapatkan nama julukan karena kesukaannya menghisap permen kojek ini mengaku telah nge-rap sejak tahun 2010. Semula bermula karena ia menjadi pemenang lomba musik rap yang diadakan di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.
Lagu pertamanya berjudul ‘Lo Kate Jakarte’ dibuat saat memperingati hari jadi Jakarta pada tahun 2011. Kemudian disusul lagu ‘Betawi Punya Rapper (2012), dan ‘Enjoy Jakarte’ (2016).
Pada tahun 2010 ia merih juara rap se-Indonesia, lalu sempat diundang ke Festival Musik Hip Hop di Malaysia dan Jepang. Di Indonesia sendiri, ia juga sempat menjadi nominasi AMI Awards. Sebagai anak Betawi asli, ia sukses membawa wajah asli Betawi admin.