Pernikahan adat Betawi dan roti buaya ibarat dua hal yang tak terpisahkan. Itu karena roti yang berbentuk seperti buaya ini dibawa oleh mempelai lelaki sebagai seserahan pada mempelai perempuan. Namun, apa jadinya jika roti buaya dikreasikan sebagai roti burger? Itulah selebrasi Berger Beatawie agar roti buaya tak mati gaye.
Seperti halnya kebudayaan yang terus menerus mengalami perkembangan, roti buaya sebagai produk budaya Betawi mengalami hal yang sama. Hal itu diwujudkan oleh Ade Imam, founder Berger Beatawie yang menginovasi roti buaya sebagai pengganti roti burger pada umumnya.
“Kalau dipikir roti buaya kan gitu-gitu aja. Keras. Paling mentok ada rasa-rasa seperti cokelat, keju. Kita ingin ada inovasi baru, kalau kata orang Betawi istilahnya biar kaga mati gaya,” ujar dia ditemui senibudayabetawi.com di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan.
Tak hanya itu, sebagai ikon Betawi, roti buaya memiliki peluang yang cukup besar sebagai produk yang bisa dinikmati setiap saat. Tak hanya sebatas seserahan pernikahan.
Resep Khusus
Adapun roti buaya pengganti roti burger dibuat secara khusus dengan tanpa menggunakan cetakan. Rotinya yang lembut dan manis menyerupai roti burger pada umumnya. “Itu karena kita bikin dengan tangan, makanya bentuknya tak seragam. Semua serba home made karena kita juga tak menggunakan bahan pengawet,” kata dia.
Cita rasa Betawi juga tampak terlihat saat kita mengunyah bagian dagingnya. Ya, Bang Ade menambahkan cita rasa Soto Betawi ke dalam bumbu daging dalam burger.
Alhasil, kita dapat menikmati roti buaya bercita rasa burger dan Soto Betawi dalam satu kudapan. Rasa manis roti buaya dengan gurihnya daging bercita rasa Soto Betawi merupakan perpaduan yang unik dan mantap.
“Makanya kita ada tagline juga atie-atie ame Berger Beatawie nanti jatuh atie,” ujar istri Bang Ade, Mpok ChaCha.
Pasangan suami istri ini memang baru membuka kedai yang berada di Jalan Saco No 12, Ragunan, Jakarta Selatan ini Bulan September tahun lalu. Pandemi COVID 19 membuat mereka menjadi korban PHK dan akhirnya memutuskan banting setir menggeluti Berger Beatawie.
“Karena kita usaha juga bukan semata cari untung, tapi tetap melestarikan Budaya Betawi,” kata dia.
Berbagai menu selebrasi Berger Beatawie yang ada dalam Berger Beatawie, diantaranya Original Berger Croco, Soto Beatawie Berger Croco, Original Berger Turtle, Soto Beatawie Turtle, Roti Buaya Bakar, serta Uli Bakar. Harganya pun cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp 25ribu.
Makna Roti Buaya
Roti yang biasanya memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini biasanya dibawa oleh mempelai pengantin laki-laki sebagai seserahan untuk mempelai pengantin perempuan. Selain itu, roti ini juga memiliki makna mendalam sebagai ungkapan kesetiaan.
Selain bentuknya yang seperti buaya, roti khas Betawi ini juga terinspirasi dari perilaku biaya yang hanya kawin sekali seumur hidup. Perilaku inilah yang kemudian diyakini oleh masyarakat Betawi hingga sekarang.
Tak heran, setiap prosesi pernikahan mempelai lelaki selalu membawa sepasang roti buaya berukuran besar dan kecil. Adapun roti buaya besar disimbolkan sebagai buaya laki-laki, sedangkan roti buaya kecil dilambangkan sebagai buaya perempuan. Admin
[…] Baca Juga: Selebrasi Berger Beatawie agar Roti Buaya tak Mati Gaye […]