Sensasi Menikmati Bir Pletok

Sensasi Menikmati Bir Pletok Betawi yang Menghangatkan

Menyesap sensasi bir yang menghangatkan tubuh merupakan hal biasa. Namun, apa jadinya bila menikmati sensasi bir yang sama tanpa efek memabukkan? Bir dengan kearifan lokal bernama bir pletok Betawi jawabannya. Menghangatkan sekaligus menyehatkan. Sensasi menikmati bir pletok Betawi yang menghangatkan tubuh sangat cocok di tengah musim penghujan.

Berbekal gerobak kecilnya, Bang Dumang telah menjajakan bir pletok Betawi di pinggir jalan kawasan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tak seperti penjual bir pletok lain yang sekadar menjual dalam kemasan botol. Bang Dumang sengaja mengekalkan sensasi hangat dari bir lokal ini dalam dandang yang terus dipanaskan.

“Biar lebih terasa hangat makanya saya bikin di dandang ini, sekalian agar mereka bisa mencicipi langsung bir pletok ini,” ujar dia kepada senibudayabetawi.com, Rabu (24/3).

Tampak ketika senibudayabetawi.com berkunjung, Bang Dumang tampak beberapa kali menjelaskan ke pelanggan bahwa bir ini tak memabukkan. Beberapa diantaranya, sambung Bang Dumang juga sering kali memastikan dulu apakah benar-benar memabukkan atau tidak. “Itu artinya bir pletok juga masih belum banyak diketahui masyarakat secara luas. Biasa hanya ada di Setu Babakan. Makanya kita ada gerobak di sini, stand by setiap hari,” kata lelaki berusia 45 tahun ini.

Bir menyehatkan. Begitulah Bang Dumang menyebut bir pletok Betawi ini. Sebab, bahan-bahan yang digunakan merupakan rempah-rempah asli tanpa bahan pengawet. Beberapa bahan yaitu kayu secang, sereh, jahe, biji pala, cengkeh, kayu manis, cabe Jawa, kapulaga, gula pasir, lada hitam, daun jeruk, pandan, hingga bunga lawang.

“Banyak orang bilang bir pletok kita ini beda. Warnanya lebih merah dan rasanya pas di tubuh, tidak terlalu pedas atau hambar,” ujarnya.

Warna merah bir pletok berasal dari kayu secang. Adapun kayu secang ini semakin lama direbus maka semakin pekat warnanya. Selain alami dan menyehatkan, sajian bir pletok yang berwarna merah memang menyerupai bir pada umumnya. Itulah kenapa menggunakan istilah bir.

Sejarah Bir Pletok

Bir pletok ada konon karena masyarakat Betawi melihat dan meniru kebiasaan orang Belanda yang menyesap bir untuk menghangatkan badan. Alhasil, dibuatlah minuman khusus serupa yang juga menghangatkan tanpa alkohol yang diberi nama bir pletok. Orang Betawi yang kebanyakan umat Islam bisa menikmati bir tak memabukkan ini hingga saat ini.

Adapun embel-embel pletok diduga berasal dari dua versi yang hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Versi pertama menyebut, bunyi “pletok” diduga berasal dari bunyi bahan pembuat bir saat dikocok ruas bambu bersama es batu. Versi kedua menyatakan bahwa “pletok” juga bisa berasal dari bunyi tutup botol anggur saat dibuka.

Sensasi menikmati bir pletok Betawi juga bisa disajikan dingin sesuai preferensi masing-masing. Biasanya, bir lokal ini digunakan sebagai sajian dalam acara-acara kesenian pada masyarakat Betawi. Admin.

BalasTeruskan

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.