Kuliner Betawi mempunyai kekuatan menyentuh serta merangkul keberagaman tanpa sedikitpun membeda-bedakan. Baik itu lintas suku hingga lintas generasi. Ini justru semakin memperkaya lanskap kearifan lokalnya. Seperti halnya narasi semangkok kecil soto Betawi di Kedai Tjikini M Bloc.
Siapa yang tak kenal M Bloc? Ruang berekspresi dan berkesenian anak-anak muda kekinian di kawasan Blom M, Jakarta Selatan. Sekaligus menjadi pusat perhelatan ekspresi seni, baik itu musik, eksibisi mural, tari yang bernuansa tradisional hingga modern. Tak ketinggalan, kuliner sebagai elemen penting turut ambil peran dalam dunia seni dan budaya.
Salah satu kuliner yang mampu merangkul keberagaman yaitu Soto Betawi. Jejak kuliner asal usul makanan yang berasal dari pengaruh Tionghoa ini kini tak hanya digandrungi orang-orang tua, tapi anak muda.
Audy Septriansyah, selaku Head Barista Kedai Tjikini M Blok menyatakan bahwa Soto Betawi bukan lagi makanan yang ketinggalan zaman. Itu terbukti bahwa Soto Betawi menjadi salah satu menu rekomendasi yang banyak dicari orang. “Kita tak hanya sekadar menawarkan Soto Betawi sebagai kuliner Betawi tapi bagaimana caranya agar anak muda di sini mencari menu ini,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Kamis (8/4).
Narasi Semangkok Kecil
Semangkok kecil Soto Betawi berisi potongan daging, tomat bertabur emping dan bawang goreng menawarkan sejuta narasi di dalamnya. Rasa gurih santan berpadu dengan rempah-rempah di dalamnya menjadikan kuliner ini tak boleh terlewatkan. Layaknya Soto Betawi pada umumnya, beberapa bumbu seperti cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, jintan, cengkeh menyatu menghasilkan rasa mantap.
Belum lagi dagingnya. Audy menyebut, pemilihan dan pemasakan daging sapi dilakukan untuk memastikan bahwa daging benar-benar empuk. “Misalnya kita pilih bagian dada. Selain empuk rasanya pun beda,” imbuhnya.
Soto Betawi menawarkan berbagai cita rasa kuah yang berbeda-beda. Ada soto Betawi yang menggunakan kuah susu, santan, campuran susu dan santan, serta kuah bening. Soto Betawi di Kedai Tjikini ini menghadirkan rasa gurih santan yang menggoda. Audy menyebut, pertimbangan memakai kuah santan agar tak membuat rasa soto eneg.
Menariknya, semangkok kecil Soto Betawi di Kedai Tjikini bukan tanpa alasan. Tentu penampilan berbeda sering kali terlihat pada rumah makan Soto Betawi dengan mangkok besarnya. Audy menyebut, pemilihan porsi agar penikmat Soto Betawi merasa nagih. “Kebetulan juga kita kan kebanyakan anak muda-muda kan. Nah, kita desain caranya agar Soto Betawi ini tetap digandrungi, kita ciptakan cukup di mangkok kecil. Tetap estetik juga,” ujarnya.
Dalam sehari, 50 hingga 100 porsi Soto Betawi habis terjual. Padahal, sebagai fokus utama kedai layaknya minuman menjadi concern utamanya. Audy menyatakan dengan tingginya antusiasme anak-anak muda terhadap kuliner Betawi maka ia optimis kuliner Betawi bisa maju.
“Tentu dengan penyajian dengan tetap mempertahankan bumbu bercita rasa yang khas dari Soto Betawi, saya yakin eksistensinya masih ada. Bahkan semakin meningkat,” kata dia.
Sejarah Soto Betawi
Mendengar nama dari Soto Betawi tak heran jika sebagian kita berasumsi bahwa kuliner ini diciptakan oleh orang Betawi. Padahal, sejatinya, kuliner ini diciptakan oleh keturunan Tionghoa bernama Lie Boen Po. Penjual soto ini hadir sekitar tahun 1977 hingga 1978 menamainya dengan ‘Soto Betawi’. Sejak saat itu pula nama Soto Betawi muncul.
Lie Boen Po menjajakan Soto Betawi di THR Lokasari atau Prinsen Park. Seiring perkembangannya pula, banyak bermunculan Soto Betawi sehingga kemudian ia menutup kedainya.
Soto Betawi hadir dengan daging sapi dan kuah santan yang menggoda. Akan tetapi, seiring perkembangannya, penjaja Soto Betawi banyak mengganti kuah soto dengan susu maupun campuran susu dan santan. Bahkan karena factor kesehatan, banyak penjaja soto yang akhirnya membuat kuah bening.
[…] dan pola hidup dalam masyarakat Betawi, termasuk dalam hal keragaman kulinernya. Seperti halnya soto Betawi yang masih kerap kita temui dalam kehidupan kita […]