Muasal Soto Betawi

Muasal Soto Betawi

Senibudayabetawi.com – Sejarah Betawi mempengaruhi budaya dan pola hidup dalam masyarakat Betawi, termasuk dalam hal keragaman kulinernya. Seperti halnya soto Betawi yang masih kerap kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam The Spice Route from Arabic, Europe and China to Jayakarta toward Batavian Cuisine, konon, soto Betawi berasal dari Tiongkok. Saat itu, Batavia yang merupakan nama lama dari Jakarta merupakan pusat perdagangan masyarakat dari berbagai etnis termasuk Tionghoa.

“Soto berasal dari China, namanya Caudo. Lalu ada pengaruh lain dari Arab dan India pada soto Betawi yaitu penggunaan ghee atau minyak ghee. Artinya ada keharmonisan yang kokoh dalam masayarakat Betawi dari semangkuk soto,” kata dosen Universitas Pajajaran, Fadly.

Sudah sejak lama masyarakat Betawi dikenal sebagai masyarakat yang toleran dan terbuka. Dalam Rijstaffel: Budaya Kuliner Indonesia Pada Masa Penjajahan, kuliner Betawi dengan sejarah di dalamnya mencerminkan bahwa mereka sangat toleran, terbuka, dan terbuka. Selain itu, mereka juga terkenal mampu beradaptasi dengan berbagai budaya asing.

Namun, meski kuliner Betawi sarat akan sejarah dan filosofi, masyarakat Betawi dinilai kurang gigih dalam melestarikannya sehingga masakan seperti gabus pucung, dan sayur besan kurang dikenal. “Masyarakat Betawi selama ini menganggap makanannya biasa-biasa saja, bukan potensi identitas yang harus dipertahankan dan bisa dipelajari,” kata Fadly.

Betawi Cikal Bakal Ibu Kota DKI Jakarta

Diketahui Betawi adalah cikal bakal Ibu Kota DKI Jakarta. Betawi juga merupakan sebutan bagi penduduk asli kota tersebut Jakarta. Sejarah Betawi terkait dengan Tionghoa dan kebudayaan Belanda yang berkembang di Batavia pada masa lalu.

Saat tahun 1740, banyak orang Tionghoa yang bermigrasi ke Batavia memutuskan untuk melakukannya memberontak dari Belanda yang saat itu sedang menjajah Indonesia.

Pemberontakan ini mengakibatkan pertumpahan darah antara keturunan Tionghoa dan tentara Belanda. Saat ini waktu, campuran budaya berbaur antara

penduduk asli Betawi dan pendatang. Belanda juga terus membangun Batavia sebagai pusat Belanda

pemerintah saat itu. Belanda juga membangun pelabuhan baru setelah Sunda Kelapa bernama Tanjung Priok.

Pada abad ke-20, kota Batavia terus berlanjut berkembang menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 116.000 orang. Selanjutnya, setelah perang dunia kedua pecah, Jepang menduduki Indonesia dan menguasai Batavia. Dari sinilah Batavia berganti nama Jakarta.

Kemudian kota Jakarta menjadi kota besar dan pusat pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang. Mayoritas penduduk asli Betawi yang tinggal di pusat kota mulai menjual tanah mereka dan kemudian pindah hingga pinggiran Jakarta seperti Kebayoran, Condet

dan Jagakarsa.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.