Selebrasi Manisnya Dodol Betawi

Selebrasi Manisnya Dodol Betawi Ibu Mimin Saat Ramadan

Selebrasi Manisnya Dodol Betawi – Namanya Ahmad. Lelaki berusia 40 tahun itu telah bergelut sebagai pekerja di dapur dodol Betawi milik Bu Mimin di Jalan Angsana 1 No.4 Pejaten Timur, Jakarta Selatan selama 10 tahun.

Bagi orang Betawi, dodol ibarat hal yang tak dilepaskan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Bagaimana tidak, kudapan manis ini selalu menjadi hantaran dan suguhan wajib di momen itu. Tak ayal, setiap Ramadan, permintaan dodol meningkat.

Dalam sehari, ia bisa membuat 12 keceng atau kuali berdiameter satu meter. Padahal, hari biasanya Dodol Betawi Bu Mimin hanya masak tiga keceng yang biasanya dijual biasa dan sebagai pesanan acara pernikahan.

Nuansa semangat gotong royong sangat terasa di dapur dodol ini. Dengan penuh tenaga, Ahmad mengaduk dodol. Jika sudah capek, pekerja lain bergantian mengganti mengaduk. Begitu seterusnya.

“Adonan harus terus diaduk agar tak mengeras. Kita biasa mengaduk selama kurang lebih empat jam lamanya,” ujarnya kepada senibudayabetawi.com, Kamis (23/4).

Dodol Betawi terbuat dari tepung ketan, gula merah, santan, gula pasir yang dimasak di atas tungku kayu bakar. Selebrasi manisnya dodol Betawi begitu terasa begitu menikmati kenyalnya kudapan khas Betawi ini.

Berbekal kayu pengaduk sepanjang dua meter, Ahmad bersama 39 pekerja lainnya terlihat begitu semangat. Sesekali terdengar kelakar di antara mereka. Terdengar akrab satu sama lain.

Makna Gotong Royong

Konon, sejak dulu pembuatan dodol Betawi biasa dilakukan secara patungan ketika menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. Keluarga besar Betawi yang dulunya hidup berdekatan saling melengkapi bahan dasar pembuatan dodol.

Begitu bahan telah tersedia, maka lelaki memiliki tugas membuat adonan dan mengaduk dodol. Sementara para perempuan menyiapkan bahan-bahan dasarnya.

“Sambil menunggu dodol matang, ibu-ibu dulu menyiapkan makanan berbuka. Lalu setelah matang langsung dibagi secara asil berdasar besaran patuangan uang dodol tadi,” ujar Ibu Mimin.

Darah Arab Betawi yang mengalir dari keluarganya tampak jelas dari wajah Ibu Mimin. Ia tak memungkiri bahwa usaha yang diturunkan oleh orang tuanya sejak tahun 1979 itu telah berkembang pesat. Beberapa artis bahkan sering mampir dan pesan dodolnya.

“Almarhum Omas, Mpok Nori dulu sering pesan ke sini,” kata perempuan berusia 67 tahun ini.

Kala menjelang Lebaran, ia bahkan bisa menerima 400 hingga 500 besek dodol Betawi. Pencinta dodol Betawi, sambungnya biasanya mencari dodol yang dimasak secara tradisional di atas tungku seperti miliknya.

Selain dodol bercita rasa original, Ibu Mimin juga menyediakan dodol bercita rasa buah-buahan. Misalnya rasa durian. Satu besek dodol Betawi biasa dihargai seharga Rp. 85 ribu. (dan)

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.