Kudapan tradisional tiada habisnya diulas dan dibahas terus menerus. Ini karena selain cita rasanya yang khas, narasi menarik di dalamnya terlalu sayang dilewatkan. Kudapan kekinian bertebaran. Tapi tetap saja kudapan tradisional menjadi andalan. Salah satunya yaitu kudapan khas Betawi roti gambang. Melalui eksplorasi cita rasa jadul menjadi titik awal pengenalan lebih dalam roti yang masuk dalam 50 Roti Terbaik Dunia versi CNN ini.
Bentuk persegi panjang dan berwarna coklat sekilas mengingatkan pada kudapan khas Betawi lain yakni dodol Betawi. Tapi tentu saja, kudapan ini bukan dodol. Bertekstur laksana roti tapi lebih keras. Bentuknya sekilas mengingatkan pada musik Betawi, gambang.
Adapun gambang merupakan alat musik wajib dalam seni orkestra Gambang Kromong. Alat musik ini terbuat dari batang besi atau kuningan yang disusun harmonis. Seperti halnya alat musik ini, aroma dan cita rasa yang dihasilkan roti gambang begitu khas.
“Itu karena perpaduan kayu manis dan gula aren sehingga sangat khas, beda dengan yang lain,” ujar Adit, pegawai di Toko Roti Lauw kepada senibudayabetawi.com, Kamis (20/5).
Cita rasa ini, sambung Adit juga mengacu pada roti rempah Belanda yang kerap kali digunakan sebagai sarapan di pagi hari. Roti gambang—di Semarang bernama roti ganjel rel dikenal pula sebagai roti yang mampu mengenyangkan.
Di Jakarta sendiri, roti ini juga dianggap mencerminkan karakter orang Jakarta yang lebih terbuka. Misalnya, penggambaran masyarakat Jakarta yang menyukai teman, suka ngobrol dan tinggal di antara kerumunan, serta suka hidup berkelompok.
Sejarah roti gambang juga tak lepas dari pabrik roti Lauw yang didirikan pada tahun 1960 bertempat di Gang Kebon Kacang 1, Jakarta Pusat. Pabrik lain yakni Tan Pabrik roti Ek Tjoan yang memulai bisnis di kawasan Surya Kencana Bogor di 1921 dan membuka cabang di Jakarta pada tahun 1955 berlokasi di Jalan Cikini Raya, Jakarta Utara.
Nostalgia Rasa
Namun, sekarang kita tak perlu jauh-jauh pergi ke toko rotinya. Sebab, mereka juga telah menurunkan penjual roti dalam gerobak beroda tiga turun ke jalan. Kita bisa menikmati roti gambang beserta kopi atau teh hangat untuk nyai di sore hari.
Salah satu pelanggan roti gambang yaitu Nurul, warga Kebon Kacang yang setia dengan roti gambang. Ia mengaku, ia memiliki kenangan tersendiri dengan roti legendaris itu. “Dulu sewaktu masih kecil saya sering kali dibelikan roti gambang untuk bekal ke sekolah. Hal yang sama saya lakukan ke anak saya,” ungkapnya.
Tentu Nurul bukan sekadar eksplorasi cita rasa jadul dalam roti gambang. Tapi ia bernostalgia lagi dengan kudapan ini. Harganya pun yang cenderung terjangkau membuat Nurul tak segan memborong roti ini. “Kalau ke toko rotinya biasanya harganya sekitar Rp 7ribu hingga Rp 8ribuan,” pungkas dia. (dan)