Sudah Saatnya Lenong Beradaptasi

Sudah Saatnya Lenong Beradaptasi

Kesenian tradisi harus mengikuti perkembangan zaman. Kalau tidak, tinggal menunggu kepunahannya

Sudah Saatnya Lenong Beradaptasi– Menilik dari sejarah panjangnya dari masa ke masa, Lenong selalu mempunyai ruang untuk terus berekspresi. Mulai dari keliling dari kampung ke kampung, acara hajatan, menjadi pertunjukan besar di gedung Taman Ismail Marzuki hingga mask dalam program TV. Di era digital, ruang ekspresi Lenong semakin luas dan tak terbatas.

Pamong Budaya Ahli madya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Syaiful Amri menyatakan era digital memberikan tantangan tersendiri untuk eksistensi Lenong ke depan. “Ini tantangan sebab Lenong itu pertunjukan dan butuh interaksi antar pemain dan juga penonton. Jadi bagaimana cara menyajikan pertunjukan yang menarik meski secara digital,” ujarnya dalam diskusi ‘Lenong dalam Proses’, Senin (27/7) di Jakarta.

Nasib kesenian Lenong semakin di ujung tanduk. Terutama di era pandemi COVID-19 yang membuat pelaku kesenian Lenong tak berdaya. Tantangan memainkan Lenong secara digital bukan merupakan percobaan baru. Namun, kesadaran ini harus dimiliki oleh semua pelaku seni Lenong.

Selain itu, ia menyatakan bahwa pengembangan seni tradisi Lenong berbeda halnya dengan seni modern yang berorientasi pada unsur komersil. Pengembangan seni tradisi, bagaimana pun harus melibatkan tiga faktor penting, yakni pemerintah, pelaku seni dan masyarakat.

Pemerintah, ujarnya harus mampu memberikan ruang ekspresi dan fasilitas dukungan agar Lenong tak mati tergerus zaman. Selanjutnya, pelaku seni harus mampu berinovasi dengan tanpa menghilangkan pakem-pakem agar mampu menarik orang zaman sekarang. “Terakhir masyarakat di sini juga butuh apresiasi agar mereka bisa mencintai seni tradisi,” ujar dia.

Menurut Syaiful, seiring perkembangan zaman, orang lebih mudah untuk memilih tontonan atau pertunjukan yang diinginkan melalui berbagai media. “Sudah saatnya Lenong beradaptasi. Sehingga pelaku seni jangan hanya terpaku pada era jayanya Lenong dahulu, tapi bagaimana cara berkembang sekarang ini,” pungkasnya.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.