Orang Kampung Sawah

Perkawinan Betawi di Kampung Sawah

Perkawinan Betawi di Kampung Sawah — Kampung Sawah dikenal sebagai cerminan dari Bhineka Tunggal Ika. Ini tak lain, karena kuatnya sistem kekerabatan beragam adat budaya serta agama yang disatukan oleh marga. Dan, mereka saling toleransi dan menghargai sesama. Seperti halnya terlihat dalam perkawinan di Kampung Sawah yang terbilang unik.

Adapun marga di Kampung Sawah diperoleh dari nama leluhur laki-laki yang kemudian disematkan pada nama anak cucunya. Menariknya, aturan yang diberlakukan di Kampung Sawah melarang perkawinan dalam satu warga. Misalnya, marga Napiun dengan marga Napiun. Justru, mereka memperbolehkan perkawinan lain marga meski berbeda agama. Ini juga menjadi salah satu faktor kuatnya kekerabatan di Kampung Sawah.

Agama tak menghalangi tali persaudaraan warga Kampung Sawah. Oleh karenanya, banyak keluarga di Kampung Sawah yang memiliki satu keturunan dengan beragam pemeluk agama. Bisa Kristen maupun Islam. Tak ada tuntutan dalam pemaksanaan pemilihan agama. Termasuk ketika terpaksa pindah agama demi perkawinan.

Saat perkawinan seagama (Kristen dengan Kristen) keduannya masih menggunakan nama marganya. Sedangkan, jika pindah ke agama Islam kadang nama marganya hilang atau biasa disingkat. Misalnya, Ahmad memiliki marga Napiun dari sang kakek yang telah meninggal dunia. Ahmad telah menikah dengan Siti yang juga beragama Islam. Alhasil, ia tak lagi memakai nama marganya itu.

Saling Menghormati

Sama halnya dengan daerah Betawi lainnya, dalam prosesi perkawinan, warga Kampung Sawah mengikuti adat Betawi. Bukan Batak. Dimulai dari pendekatan, proses lamaran, hingga akad nikah yang berujung pesta perkawinan.

Beragam prosesi perkawinan Betawi di Kampung Sawah yaitu dimulai dengan ngelancong, ngelamar, seserahan, hajatan pesta perkawinan. Dalam pesta perkawinan, mereka juga akrab dengan beragam seni budaya Betawi. Misalnya, tanjidor, gambang kromong, topeng Betawi, hingga wayang.

Menariknya, beragam perbedaan baik agama, suku yang ada di Kampung Sawah tak menghalangi mereka untuk tetap bersaudara. Hal ini diungkap oleh warga Kampung Sawah, Anthonia Melani Kurniati. Perempuan yang akrab disapa Mpok Lani ini mengungkap, Kampung Sawah dikenal sebagai daerah yang sangat terbuka. Tak hanya sistem agama, tapi budayanya. Rasa toleransi yang tinggi turut membuat semua orang merasa diterima. “Itu yang membuat kita seperti saudara semua,” ujar dia.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.