Trisula, Senjata Wajib para Jagoan Betawi – Pengaruh budaya Hindu di Pulau Jawa meninggalkan banyak benda bersejarah. Salah satunya senjata tradisional yang hingga kini masih digunakan untuk beragam kalangan. Misalnya para jawara, jagoan atau pendekar Betawi.
Senjata, bagi para jawara, jagoan atau pendekar Betawi sebagaimana fungsi utamanya untuk perlindungan diri. Selain senjata yang paling populer yaitu golok, para jawara, jagoan dan pendekar Betawi juga membawa trisula.
Istilah penyebutan trisula mengacu dari bentuknya yang memiliki tiga cabang bermata tajam. “Tri” berarti tiga, dan “Sula” berarti tongkat besi yang memiliki ujung tajam. Secara sekilas, bentuk senjata ini mirip dengan Sikak atau Siku-siku.
Adapun sikak atau Siku-siku merupakan senjata para jawara Betawi yang terdiri dari dua batang besi baja saling menyiku atau menyilang. Ujung tajam menghadap ke lawan. Dalam setiap permainan, Sikak selalu digunakan berpasangan. Mengutip Senjata Tradisional DKI Jakarta karya Sunarti, dkk, para jawara dan jagoan Betawi telah akrab dengan Sikak, sebelum akhirnya mengenal golok.
Sama halnya dengan Sikak yang terbuat dari besi atau baja, Trisula dibentuk dengan dipanaskan oleh tukang pande besi. Untuk mendapatkan trisula, seseorang harus memesan ke tukang pande besi sebab sangat jarang diperjual belikan atau dijajakan.
Konon, alat ini tak hanya bisa digunakan untuk menangkis golok, tapi juga menusuk tubuh lawan. Selain digunakan sebagai perlindungan diri, banyak di antara para jawara, jagoan dan pendekar Betawi yang sengaja menyimpan senjata ini. tak ayal, jika trisula, senjata wajib para jagoan Betawi.
Muasal Trisula
Proses asimilasi dan transformasi kebudayaan memegang peranan penting dalam perkembangan model senjata tradisional. Termasuk masuknya Trisula ke Tanah Betawi. Awalnya, senjata tombak trisula menjadi ikon senjata tradisional di Sumatera Selatan.
Menilik dari sejarahnya, senjata ini digunakan sebagai senjata utama prajurit Kerajaan Sriwijaya untuk perang mempertahankan diri. Adapun dahulu Kerajaan Sriwijaya menjadi penguasa jalur perdagangan Asia Tenggara. Ini sekaligus menjelaskan, di daerah ini pula menjadi pusat sejarah senjata Trisula. Menurut mitologi Hindu, tombak trisula menjadi salah satu senjata Dwa Siwa yang selalu dibawa kemana-mana olehnya.