Tradisi Ratiban di Betawi – Tradisi Ratiban merupakan salah satu tradisi yang berkembang di Tanah Betawi. Ratiban berasal dari kata dasar “ratib” yang artinya yaitu puji-pujian kepada Tuhan yang diucapkan berulang-ulang; zikir’. Sementara sesuai bahasa Arab, “ratib” bersumber dari “rattaba” yang artinya mengaturkan, menyusun, dan menguatkan.
Biasanya dalam tradisi ratiban di Betawi membacakan beragam bentuk dzikir yang disusun berdasarkan ayat-ayat Al-Quran. Beberapa diantaranya memuat tahlil, istigfar, tasbih, tahmid, serta taqdis.
Khusus di tanah Betawi, Ratiban merupakan bagian tradisi saat melakukan pelepasan calon jamaah haji atau umroh. Jamaah yang hadir memuji asma Allah serta berdoa agar calon jamaah haji pergi dan pulang dengan selamat sampai tujuan di Mekah dan Madinah.
Baca Juga: Pemaknaan Lebaran Haji pada Masyarakat Betawi
Bahkan, bagi keluarga yang memiliki banyak uang biasanya melakukan Ratiban setiap hari (setiap setelah Magrib atau Isya’) selama 40 hari hingga orang yang pergi haji pulang ke Tanah Air. Berhaji pun bagi masyarakat Betawi merupakan tradisi yang semarak. Mereka biasanya mengantarkan jamaah haji menuju bandara serta diarak konvoi.
Demikian sebelum calon jamaah haji keluar rumah, masyarakat mengiringinya dengan mengumandangkan adzan serta iqomah. Tak jarang, banyak masyarakat Betawi yang juga melepas calon jamaah haji dengan petasan. Misalnya, di kawasan Jakarta pinggiran, seperti Depok dan Bekasi. Begitu juga sepulang dari tanah suci, petasan kembali dinyalakan untuk menyambut kedatangan mereka.
Yg berkembang sekarang yg pada diundang utk ratusan umroh kenapa pada bawa amplop ya. Seperti klu datang kondangan.
Apa hukumnya klu jadi seperti itu